Kamis, 19 Agustus 2010

CATATAN AKAR

menyapamu teman...
dengan akar akar yang merasuk masuk ke dalam bumi..
tidak mudah pasti..
tapi memang selalu begitu jalan menujumu, bukan?
dan aku belum ingin menyerah..
sekedar tanah tentulah bisa basah..

kau lihat, embun embun pun pasrah pada gravitasi..
lalu meresap di kegelapannya..

jangan ragu tentangku, teman..
ada banyak celah yang bisa kulalui sementara aku telah biasa dengan kesedikitan..
jadi satu dua batu tak akan melayukan bungaku..

kau dengar sepoaian angin di ketinggian?
menggetarkan daunan hingga beberapa mengalah..bukan kalah.
lalu ranting ranting bergemeretak menyalami..bukan hendak lari.
sungguh teman, di luar sana ada yang tengah beranjak dewasa..
matahari, hujan, burung elang..

dulu mereka pernah kutawarkan padamu..
tapi bisa apa aku kalau kau ingin tetap disini?
aku mengerti, teman..

jadi kali ini aku yang datang menuju kedalamanmu..
ingin menyapamu
atau bertanya kabarmu
atau mungkin kembali merayumu

atau malah hanya ingin kau tahu bahwa aku masih ada.

Jumat, 13 Agustus 2010

ruang ini...

beritahu aku, sayang…
bagaimana ruang ini harus kukosongkan agar tampak lapang?
membuang meja meja dari sudut itu?
menyingkirkan rak bukunya?
apa lagi?

menyalakan lampu?
membuka semua jendela dan pintu?
tapi ini sudah petang, sayang…

apa perlu kupasang cermin di langit langit agar kau bisa memandang bayanganmu ketika telentang?
lalu kau tahu bahwa kau tak pernah sendirian..
percayalah..

sekarang hendak kau isi apa, sayang?
ruang ini sungguh sudah lapang..
kau bahkan tak akan menemukan pun sebutir pasir..
sudah kuusir..

jadi silakan, sayang..
kau boleh mengundang bulan yang sedang gerhana sempurna..
tidak akan ada pesta, tapi mereka pasti suka..

atau hendak kau tanami bugenvil?
agar bunganya yang ungu menjalari dinding dinding yang masih kosong ini..
atau apa?

aku sungguh percaya, sayang..
jadi silakan ruang ini kau genggam sekarang..

Senin, 02 Agustus 2010

Cintanya Tak Terbaca...

ibu..ternyata cintanya begitu sulit kueja..
kenapa?
asing rasanya memasuki pori lidahku tak mengenalinya, ibu..
tidak seperti pelukanmu waktu meninabobokanku..
dulu..
lengan lenganmu tidak kokoh tapi hangat..
jari jarimu juga tak pernah lentik tapi lembut..

oh, ibu.. cinta yang sekarang tidak sepertimu..
bahkan huruf hurufnya tak dapat kubaca..
lalu bagaimana aku bisa mengerti?

tolonglah ibu,,mungkin kau bisa memelukku lagi..
biar aku belajar kembali tentang cinta..
cintamu dan nanti cintanya..