Jumat, 25 Juni 2010

GRAVITASI

lelah sekali ibu..
aku telah mengepakkan sayap seakan selamanya..
sampai sehelai bulu jatuh luruh dan aku kehilangan..
hanya sehelai, ibu..
tapi apa tak boleh aku berduka?

jadi biar aku mencarinya, ibu..
helai yang hilang itu
di selipan awan..
di antara retakannya yang menyusupkan bayangan bulan..
aku menyusuri segala angkasa..
tapi kenapa tak ada?

duhai ibu, dimana harus kutemukan?
aku lelah sekali..
lalu kau bercerita tentang bumi..
bahkan langit yang gagah akan pulang padanya nanti..
gravitasi..
aku mengerti..

jadi sekarang aku menangis..
bukan lagi lelah sekali..
tapi aku sudah tak punya kaki..
ah, sudah lama aku membuangnya..
lalu bagaimana aku bisa berjalan?

ah. ibu.. ajari aku..
karena aku sedang tak bisa berhenti terbang..

Kamis, 24 Juni 2010

Hujan Yang Sederhana

Waktu  menetesi bunga bunga soka yang merah. Tanpa mendung, tanpa angin, tanpa petir. Kali ini hujan turun sendirian. Begitu sederhana. Begitu tenang. Hanya hujan.

Tapi aroma yang menguar dari tanah yang basah ini terasa akrab dalam memoriku, Terasa bersejarah. Samar samar memang, Tapi cukup mampu mengembalikanku ke masa puluhan tahun yang lalu. Ketika ayah menggendongku di pundaknya.

Waktu itu  hujannya juga sederhana. Dan aku cekikikan melihat anak anak bebek yang panik berlarian. Menyemangati ayah, aku menjerit sekeras kerasnya seolah anak bebek itu tertangkap. Tentu saja hanya “seolah-olah”, karena nyatanya, kami memang tidak berniat menangkap anak bebek itu. Kami hanya ingin menikmati hujan yang sederhana.

Masa masa itu terasa baru kemarin. Hanya perasaanku saja, pasti. Karena sekarang, ayahku tampak begitu rapuh, dengan gigi ompongnya, dengan mata rabunnya, dengan kulit keriputnya, dengan rambut ubannya. Ayahku sekarang tampak begitu tua. Jadi kesimpulanku, masa masa itu pasti sudah lama sekali berlalu.

Namun hujan kali ini mengembalikanku pada masa masa itu. Mengingatkanku pada sebuah rasa yang tak asing : aku begitu mencintainya….

p.s. : To ayah,, aku rindu..

Selasa, 15 Juni 2010

RINDU

kapan aku boleh memintamu pulang?
meski jalan menuju rumah kita belum lagi selesai kutata..
batu batanya beberapa juga menyusupi rimbun ilalang ..
berserakan..
jika hujan, ada satu dua genangan yang mungkin akan mengotori ujung celanamu..
tapi kau bisa menggulungnya, bukan?

kalau tentang bunga, aku minta maaf..
tak ada anggrek seperti yang kau minta..
cuma kembang kertas..
tapi aku yakin kau akan jatuh cinta..
pada bunga bunganya yang merah..
dan dahan dahan yang merambati pagar bambu..
tak berpola..tapi indah..
kau akan jatuh cinta..
percayalah..

ah, aku ingin memintamu pulang..
karena sepi kadang begitu menguasai..
menggantikan kalimat kalimat sempurna di buku yang kubaca..
lalu bagaimana lah hikmah bisa kumengerti?
ayat ayatnya mengambang..
bahasanya menghilang..
ah, aku gagal mengartikannya..

maka aku memintamu pulang..
sekedar mengajariku lagi tentang aroma gerimis ini..
petang ini...

Kamis, 03 Juni 2010

BAHAGIAMU..TEMAN..,

biarkan daun daun menari, teman..
ketika malam sudah benar benar meninggalkan siang..
tapi gelap memang tak pernah terlalu sempurna, bukan?
selalu ada saga yang menyisakan remang petang..
api unggunnya juga telah habis barusan..

tak mengapa, teman..

biar saja mawar kuncup sebentar..
telah lelah rasanya ia merayu dunia agar jatuh cinta..
dan aromanya yang penuh membauri..
rasa..
seharian tadi..

sekarang tinggal dedaunan..
kita..
mari sejenak temani nafas mereka..
sambil mencari sisa angin yang tinggal sedikit..
lalu saling bercerita lagi di bangku bangku bambu..

apa masih ingat ceritaku yang dulu, teman?
biar kulanjutkan saja dengan cerita berikutnya..
atau kalau kau lupa, aku tak pernah berat mengulang semuanya..
bahagiamu, teman..