Selasa, 16 November 2010

Puisi mati lampu

mari sama sama memandangi api lilin ini, dinda..
yang meliuk lembut tapi tetap saja menggoda mata mata kita ..
ah, lama sekali bukan kita tak pernah menikmati solitari?
pada gores sinar yang gugup sekaligus sunyi..
lalu kita bisa mengingati lagi masa masa ketika kau merona malu..
indah sekali waktu itu..

ah, sekarang pasti juga..
hanya saja aku tak lagi sering menatapimu lama lama..
apa kau kehilangan, dinda?

Asal kau tau..
aku lelah menghilang dan ingin sekali kembali..
pada ruang dengan nyala lilin yang membiaskan wajah malumu..
pada hamburan sunyi yang mengalahkan puisi dan lagu lagu..

sungguh, dinda..
aku ingin kembali padamu..

(2155 : saat mati lampu)

Rabu, 10 November 2010

daftar kelebihan / daftar kekurangan ?

Suatu ketika, dalam sebuah pelatihan sesi ‘memecahkan es’ alias ice breaking, aku pernah diminta (bukan Cuma aku tentu saja, tapi semua peserta) untuk menuliskan daftar kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Dikasih waktu 10 menit.Waktu itu, aku merenung agak lama untuk memutuskan apa yang akan aku tulis dalam dua daftar itu. Bukan berarti aku tidak mengenali diriku sendiri. Ada dua alasan waktu itu:

Yang pertama, aku sebenernya cukup tau bagaimana aku, apa apa saja karakter ku. Tapi masalahnya, aku ga yakin mau memasukkannya di kolom yang mana. Kelebihan. Atau kekurangan. Misalnya saja aku sebutkan sebuah karakter : loyal / setia.Kalau dilihat sekilas, bisa saja karakter itu masuk dalam daftar kelebihan. Tapi kalau misalnya aku sedang berada pada sesuatu / seseorang yang tidak baik (alias buruk), apa karakter itu masih bisa dianggap kelebihan? Tentu saja tidak. Dalam keadaan tersebut, justru aku seharusnya meninggalkan sesuatu / seseorang itu.

Alasan yang kedua, mungkin akan lebih fair kalau penilaian itu aku lempar dulu ke orang orang di sekelilingku. Lebih objektif, begitu istilahnya.. Kalau sekedar untuk konsumsi pribadi, it’s no problemo lah… tapi masalahnya jawabanku itu akan dipublish di sesi berikutnya (dalam pelatihan yang sama), dimana aku kenal betul semua peserta yang hadir dan semua peserta yang hadir kenal aku betul. Bisa jadi, ketika aku menganggap diriku ini sabar, ternyata 9 dari 10 orang yang mengenalku mengatakan sebaliknya. Atau kalau aku memvonis diriku ceroboh, mungkin saja sebagian teman temanku bakalan naik banding karena ga setuju..

Mungkin memang manusia penuh dengan ke’tidak-absolut’an. Alhasil, daftar kelebihanku cuma terisi satu item : suka mengikuti pelatihan. Dan daftar kekuranganku juga cuma terisi satu item : gampang ngantuk di sesi materi.

Haha..
Sometimes, somewhere, somehow, there must be someone doing something. But it's hard to know precisely, when the right time is, where the right place is, how the right way is, who the right one is, and what the right thing is. That's not easy at all.. That's why, we often doing false. The wrong man, on the wrong time, at the wrong place, in the wrong way, with the wrong act. It's a completely horrible, isn't it?

Senin, 08 November 2010

Sekali lagi terluka

lalu kenapa?
toh, masih tetap bisa berdiri..bahkan nanti berlari
betapa pun perih.

lalu kenapa?
bukankah langit tak lantas musnah pada entah?
mereka tetap disana..
matahari, awan awan, atau burung yang terbang berkelompok..
lanskap itu masih sempurna indah

lalu kenapa?
boleh saja menangis, tapi toh air mata juga tidak tak terbatas..
nanti ada saatnya habis..

jadi seka lah saja darah tengah memerah..
betapa pun perih..
toh ia hanya sebuah rasa yang tak jauh beda dengan panas karena bara..

sungguh ia hanya sekedar luka..
akan mengering nanti..
akan mengering nanti..

Selasa, 02 November 2010

skenario di kereta

Pagi itu, aku pulang dengan menggunakan kereta.. Alhamdulillah, ga terlalu penuh. Jadi aku kebagian tempat duduk dan bisa menikmati perjalanan dengan nyaman dan hati riang (?).. "). Tapi kenyamanan dan keriangan itu seketika berubah waktu sang bapak (yang duduk di depanku) mulai mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya dan cres... menyalakannya satu batang...

Dalam sedetik dua detik, si bapak mulai memproduksi bulatan2 asap yang tidak indah sama sekali (dari kaca mataku). Aku terpaksa membekap hidung dan mulutku untuk menghalangi asap-asap itu masuk ke dalam tubuhku. Tak sepenuhnya berhasil sebenernya, karena toh aku masih merasa pengap dengan sebagian asap yang berhasil menyusup. Ditambah lagi, aku harus pasrah dengan minimnya oksigen yang bisa kuhirup. Jadilah kenyamanan & keriangan itu hilang sama sekali. Gantinya, aku melotot tajam ke arah si bapak. Berharap dia mengerti lalu dengan sukarela mematikan rokoknya.

Tapi ternyata tidak.. si Bapak memang sempat melihatku (yang sedang melotot tajam ke arahnya). Tapi setelah itu dia melengos sambil menghembuskan asap rokok yang kesekian...seolah olah di tengah menciptakan musik klasik sekelas chopin... Hhhhh...dwuongkol buwangett... ternyata 'pelototan'ku tidak berhasil. Sambil mengelus dada, aku cuma bisa menyabar2kan diri... Bentaran lagi juga sebatang rokoknya abis... tungguin aja neng... Pikirku..

Lagi lagi, pikiranku masi salah juga... setelah habis sebatang rokok itu, jilid dua langsung release.. Wuih...ga punya perasaan rupanya si bapak... Makanya, aku nekat menegur si bapak... : "maaf pak,,asepnya..."

Sambil mendelik (ini lebih sadis daripada melotot), si bapak jawab : "kalo ga terima, mending naik mobil pribadi aja sana..."

Weisss,,,ngajakin berantem ni orang... Aku agak berang juga dengan jawabannya.. tapi berangnya sebentaran doang, karena toh akhirnya aku menanggapi jawaban si bapak sambil tersenyum lembut (jiyyyaahhh...)

"Eh, saya bukan ga terima bapak ngerokok... Itu sih bukan urusan saya... bapak mau ngerokok kek,, makan rokok kek,, bikin pabrik rokok kek,, terserah bapak.. Cuma itu asepnya ga usah dibagi bagi atuh pak,,, saya ga doyan,,, Ni saya punya plastik... bapak masukin aja asepnya ke situ.. Dikumpulin,, sapa tau bisa buat warisan ke anak cucu... "

Kontan si Bapak merah padam, lalu berdiri meninggalkan kursinya... Marah pastinya... Mau mukul,, bisa dicap ga jantan dong...masa' beraninya sama cewek.. Ada beberapa yang menatap nyinyir ke arahku.. (mungkin sesama perokok berat yang membela si bapak), ada juga yang menatap sambil mengangguk2 (mungkin kagum.... hahaha  ge-er euy..). Apapun itu, aku berhasil mengusir ke'tidak-nyaman'an...

Cuma ada satu yang aku sayangkan dari semua rangkaian percakapan tadi :
kalimat di paragraf ke empat yang bacanya 'Makanya, aku nekat menegur si bapak... : "maaf pak,,asepnya..."' dan seterusnya, itu cuma ada dalam imajinasiku saja.. skenario sutradara.. Tapi nyatanya aku (si pemeran) tidak cukup berani memerankannya...Jadilah aku 'menimati' asap rokok si bapak sampai aku harus turun di stasiun kotaku.. Hiks..hiks...

Senin, 25 Oktober 2010

Nona...

hari ini tidak berakhir dengan baik bukan?
kau menangis dan aku juga…
kita sama sama luka
lalu siapa yang akan meneruskan langkah jika tak ada yang sanggup mengobati?

oh oh oh…
apalagi hujan lebat benar..
lengkap sudah, karena bahkan sinar matahari tak hendak keluar..
gelap sekali sungguh
lalu kita hendak kemana, nona?

Darah menetes netes di sepanjang setapak yang baru saja kita lalui..
apa kita akan menodai sisanya juga?
oh nona… aku tak bisa..

Rabu, 13 Oktober 2010

Kita tak pernah bisa melarang burung burung terbang di atas kepala kita.. Tapi kita pasti bisa berusaha agar mereka tak membuat sarang di rambut kita

(Beatrice Sparks, Ph. D - Almost Lost)

Senin, 11 Oktober 2010

kadang - kadang, kita bahkan tidak menyadari betapa gelap kamar kita sebenarnya kalau kita tidak pernah mencoba berada di kamar lain yang lebih terang... saat itu lah, kita baru tau ada perbedaan yang begitu mencolok antara gelap dan terang...

(Sammy - Almost Lost)

Jumat, 08 Oktober 2010

mubadzir kaannn.....????

Siang itu aku dan beberapa temen keluar kota buat nengok seorang teman yang baru melahirkan. Pulangnya kami dibawain beberapa plastik yang isinya rawon/gulai daging, balado ikan, dan oseng pepaya.. Makanan2 itu dikemas sedemikian rupa sama si empunya rumah. Di mobil, makanan itu ditaro di jok belakang. Sebelumnya sudah ada yang ngingetin makanan itu jangan sampai ketinggalan.. 

Perjalanan sekian jam, dan hampir jam sembilan malam baru sampai di Semarang. Mungkin karena capek atau buru buru, ga ada satu anak pun yang ingat sama makanan2 itu. Baru paginya mr. x. yang kemarin mobilnya dipakai, ingat pada nasib makanan itu.

Oleh mr. x. makanan itu ditaro di atas meja, masih lengkap alias utuh dalam bungkusan plastik, persis seperti tadi malam. Semuanya ngeliatin plastik itu. Menebak2, apa makanannya masi bagus atau sudah basi? Sampai beberapa menit, ga  ada yang berani buka. Mungkin malas, atau mungkin mual dan jijik membayangkan baunya. Padahal belum tentu juga makanan itu sudah basi.

Akhirnya salah satu temen ngasi pendapat, makanan itu dibuang aja... Beberapa menyepakati. Tapi ada satu anak yang bilang : "mending dibuka dulu aja...siapa tau makanannya belum basi... Bukannya baru dimasak sore??"

Seperti biasa (kayak rapat OSIS jaman SMA), si pengusul lah yang jadi pelaksana. Dengan gentleman (padahal dia perempuan),  bungkus pertama dibuka. Ada yang sampai nutup hidung. Membayangkan bau makanan basi.. Sebaliknya, si gentleman malah mengendus isi plastik. Setelah beberapa kali endusan, dia bilang setengah teriak,,, "tu kaaannnn, ga basi koooook... Baunya masi lezaaatt..." Katanya sambil membuka bungkusan kedua.

Diendusnya lagi beberapa kali. Teriakannya masi sama. Bungkusan ketiga juga begitu... Akhirnya makanan dinikmati bareng2, dan ternyata memang masi enak... sama sekali ga basi... Artinya, si gentleman berhasil menghindari ke'mubadzir'an, buang makanan sia2. Dia sudah berhasil menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan..

Setelah kejadian itu, aku mau ga mau jadi mikir.. Kayaknya kita sering gitu deh... Ga mau repot, ga mau ambil resiko, apalagi kena masalah.. Main buang aja semua mua yang kayaknya ga qualified.. Padahal kita belum nyari tau gimana kualitasnya, kita ga mau melihat lebih deket apalah lagi menginvestigasi... Akhirnya, banyak hal yang sebenernya bagus, bermutu, dan berguna, malah kita buang sia2 cuma gara2 kita emoh repot.

Sayang.. atau lebih tepatnya, mubadzir...

Selasa, 21 September 2010

KEHABISAN KATA

karena telah kusandarkan semuanya di sepanjang pagar yang mengelilingimu..
apa sempat kau membaca pesanku?

aku ingin kau menyanyi..
sebelum aku lupa suaramu yang tegar..
seperti gemericik sungai yang menabrak batu batu..
tapi air bahkan tak pernah luka..
seperti kau

bukan aku yang seringkali berdarah..
pecah malah..

jadi tolong menyanyilah..
agar aku selalu ingat bahwa darah ini tak seberapa merah..
tak seberapa merah..

(1935200910)

Senin, 20 September 2010

SELESAI

aku berhenti disini..
silahkan kau teruskan perjalanan sendirian..

maaf, aku menyerah..

:():

NYELEKIT

pedih sekali rasanya, kau membuang kertas kertas yang baru saja kulukisi awan..
biru disana sini, tapi di matamu kenapa begitu tak berarti?
mestinya kau bilang apa yang kurang..
burung burung?
matahari?
hujan?
biar nanti kubuatkan..
aku bisa memperbaikinya biar kau suka..

atau kalau tidak, kembalikan saja.

(it's overnait.)
lewat sini, nona..
biar tak berputar putar dan lekas sampai di rumah kita..
kau tentu telah lelah berjalan seharian..
lagipula hari telah mulai tua..
tak nyaman pasti melangkah tanpa cahaya..

jadi mari, nona..
kuntunjukkan jalan pulang..

Kamis, 16 September 2010

in memoriam

aku tidak akan mencarimu..
ketika siang dan air menguap ke awan awan..
meski di bumiku hujan..

lalu ku dengar kau tertawa..
ada apa?


tapi aku tidak akan mencarimu..
sekedar bertanya dan ingin melihat wajah bahagiamu
cukuplah dari jendela kamarku..
aku bisa melihatmu disana

jadi aku tidak akan mencarimu..
meski kau tetap kusebut sahabat..

Kamis, 19 Agustus 2010

CATATAN AKAR

menyapamu teman...
dengan akar akar yang merasuk masuk ke dalam bumi..
tidak mudah pasti..
tapi memang selalu begitu jalan menujumu, bukan?
dan aku belum ingin menyerah..
sekedar tanah tentulah bisa basah..

kau lihat, embun embun pun pasrah pada gravitasi..
lalu meresap di kegelapannya..

jangan ragu tentangku, teman..
ada banyak celah yang bisa kulalui sementara aku telah biasa dengan kesedikitan..
jadi satu dua batu tak akan melayukan bungaku..

kau dengar sepoaian angin di ketinggian?
menggetarkan daunan hingga beberapa mengalah..bukan kalah.
lalu ranting ranting bergemeretak menyalami..bukan hendak lari.
sungguh teman, di luar sana ada yang tengah beranjak dewasa..
matahari, hujan, burung elang..

dulu mereka pernah kutawarkan padamu..
tapi bisa apa aku kalau kau ingin tetap disini?
aku mengerti, teman..

jadi kali ini aku yang datang menuju kedalamanmu..
ingin menyapamu
atau bertanya kabarmu
atau mungkin kembali merayumu

atau malah hanya ingin kau tahu bahwa aku masih ada.

Jumat, 13 Agustus 2010

ruang ini...

beritahu aku, sayang…
bagaimana ruang ini harus kukosongkan agar tampak lapang?
membuang meja meja dari sudut itu?
menyingkirkan rak bukunya?
apa lagi?

menyalakan lampu?
membuka semua jendela dan pintu?
tapi ini sudah petang, sayang…

apa perlu kupasang cermin di langit langit agar kau bisa memandang bayanganmu ketika telentang?
lalu kau tahu bahwa kau tak pernah sendirian..
percayalah..

sekarang hendak kau isi apa, sayang?
ruang ini sungguh sudah lapang..
kau bahkan tak akan menemukan pun sebutir pasir..
sudah kuusir..

jadi silakan, sayang..
kau boleh mengundang bulan yang sedang gerhana sempurna..
tidak akan ada pesta, tapi mereka pasti suka..

atau hendak kau tanami bugenvil?
agar bunganya yang ungu menjalari dinding dinding yang masih kosong ini..
atau apa?

aku sungguh percaya, sayang..
jadi silakan ruang ini kau genggam sekarang..

Senin, 02 Agustus 2010

Cintanya Tak Terbaca...

ibu..ternyata cintanya begitu sulit kueja..
kenapa?
asing rasanya memasuki pori lidahku tak mengenalinya, ibu..
tidak seperti pelukanmu waktu meninabobokanku..
dulu..
lengan lenganmu tidak kokoh tapi hangat..
jari jarimu juga tak pernah lentik tapi lembut..

oh, ibu.. cinta yang sekarang tidak sepertimu..
bahkan huruf hurufnya tak dapat kubaca..
lalu bagaimana aku bisa mengerti?

tolonglah ibu,,mungkin kau bisa memelukku lagi..
biar aku belajar kembali tentang cinta..
cintamu dan nanti cintanya..

Senin, 19 Juli 2010

aku yang semakin tua

mengamati saja ulat kecil kecil menjadi kepompong..
lalu kupu kupu…
terpana aku..
tapi ia yang tak punya banyak waktu seketika terbang..
tak terusik oleh pertanyaanku “kau hendak kemana?”

dan aku yang semakin tua..
masih terpana padanya…

Senin, 12 Juli 2010

BULAN MENYABIT

di atas padang rumput yang lama ditinggalkan..
tak lagi ada orang yang telentang memandang bintang..
meski bertaburan..
padang sepi..
rumput - rumputnya menggigil malam ini..

angker nian tampaknya..
kemana anak kecil kecil yang suka main jamuran?
atau langkah ringan para remaja yang baru pulang dari langgar?
rasanya derai tawa mereka sudah jauh sekali di ujung sana..
atau malah sudah tak terdengar?

dan di atas padang rumput ini bulan masih menyabit..

Senin, 05 Juli 2010

Tanya Ke Mbah Google Aja...

Jam istirahat. Beberapa temen pergi makan. Beberapa sisanya tetep betah di depan layar komputer. Waktu kuintip, layar komputernya menampilkan halaman FB. Namanya juga jam istirahat, wajib dimanfaatkan untuk melepaskan beban kerja.

Aku tergoda untuk membuka pembicaraan. Obrolan ringan. Aku merasa perlu berkomunikasi dengan orang-orang betulan, setelah setengah hari sibuk dengan kertas-kertas.
“Eh, udah ke Paragon belum?” Pertanyaan pancingan maksudku. Waktu itu, Paragon Mall memang baru opening. Siapa tau, dengan pancingan ini akan ada diskusi ringan. Tentang harga misalnya, atau lokasi mall yang deket banget sama kantor walikota dan DPRD Kota. Jadi ada tempat “refreshing” kan?

“Belum” Jawab temenku tadi. Terlalu singkat, sambil sedikit menoleh. Selebihnya, wajahnya kembali ke FB. Aku agak kecewa dengan jawaban yang ‘irit’ itu. Merasa tujuanku belum tercapai, aku melempar umpan lagi.

“Mang Paragon tu artinya apa sih? Kok aku baru denger istilah itu ya?” Umpannya lebih besar sekarang. Ga mungkin kan mereka jawab dengan satu kata : ya/tidak, sudah/belum. Pasti akan ada obrolan yang menarik, pikirku.

Tapi lagi lagi aku terpana. Jawaban temenku itu sungguh tidak terduga.

“Tanya ke mbah google aja mba..” Titik. Dan aku game over…

Tentu saja itu solusi brilian kalau yang nanya adalah anak SMA yang mau menghadapi UAN. Tapi aku kan cuma pengen ngobrol,,cuma ingin berkomunikasi dengan manusia ‘betulan’? Yah..yah..yah.. akhirnya aku menyerah. Mungkin mereka memang lagi ga bisa diganggu. Emergency istilahnya. Atau mungkin karena FB atau google atau ce-es nya, sekarang ini lebih menarik daripada ‘manusia betulan’…. Obrolan face to face dianggap kurang menarik. Yah..yah..yah.. ???

Jumat, 25 Juni 2010

GRAVITASI

lelah sekali ibu..
aku telah mengepakkan sayap seakan selamanya..
sampai sehelai bulu jatuh luruh dan aku kehilangan..
hanya sehelai, ibu..
tapi apa tak boleh aku berduka?

jadi biar aku mencarinya, ibu..
helai yang hilang itu
di selipan awan..
di antara retakannya yang menyusupkan bayangan bulan..
aku menyusuri segala angkasa..
tapi kenapa tak ada?

duhai ibu, dimana harus kutemukan?
aku lelah sekali..
lalu kau bercerita tentang bumi..
bahkan langit yang gagah akan pulang padanya nanti..
gravitasi..
aku mengerti..

jadi sekarang aku menangis..
bukan lagi lelah sekali..
tapi aku sudah tak punya kaki..
ah, sudah lama aku membuangnya..
lalu bagaimana aku bisa berjalan?

ah. ibu.. ajari aku..
karena aku sedang tak bisa berhenti terbang..

Kamis, 24 Juni 2010

Hujan Yang Sederhana

Waktu  menetesi bunga bunga soka yang merah. Tanpa mendung, tanpa angin, tanpa petir. Kali ini hujan turun sendirian. Begitu sederhana. Begitu tenang. Hanya hujan.

Tapi aroma yang menguar dari tanah yang basah ini terasa akrab dalam memoriku, Terasa bersejarah. Samar samar memang, Tapi cukup mampu mengembalikanku ke masa puluhan tahun yang lalu. Ketika ayah menggendongku di pundaknya.

Waktu itu  hujannya juga sederhana. Dan aku cekikikan melihat anak anak bebek yang panik berlarian. Menyemangati ayah, aku menjerit sekeras kerasnya seolah anak bebek itu tertangkap. Tentu saja hanya “seolah-olah”, karena nyatanya, kami memang tidak berniat menangkap anak bebek itu. Kami hanya ingin menikmati hujan yang sederhana.

Masa masa itu terasa baru kemarin. Hanya perasaanku saja, pasti. Karena sekarang, ayahku tampak begitu rapuh, dengan gigi ompongnya, dengan mata rabunnya, dengan kulit keriputnya, dengan rambut ubannya. Ayahku sekarang tampak begitu tua. Jadi kesimpulanku, masa masa itu pasti sudah lama sekali berlalu.

Namun hujan kali ini mengembalikanku pada masa masa itu. Mengingatkanku pada sebuah rasa yang tak asing : aku begitu mencintainya….

p.s. : To ayah,, aku rindu..

Selasa, 15 Juni 2010

RINDU

kapan aku boleh memintamu pulang?
meski jalan menuju rumah kita belum lagi selesai kutata..
batu batanya beberapa juga menyusupi rimbun ilalang ..
berserakan..
jika hujan, ada satu dua genangan yang mungkin akan mengotori ujung celanamu..
tapi kau bisa menggulungnya, bukan?

kalau tentang bunga, aku minta maaf..
tak ada anggrek seperti yang kau minta..
cuma kembang kertas..
tapi aku yakin kau akan jatuh cinta..
pada bunga bunganya yang merah..
dan dahan dahan yang merambati pagar bambu..
tak berpola..tapi indah..
kau akan jatuh cinta..
percayalah..

ah, aku ingin memintamu pulang..
karena sepi kadang begitu menguasai..
menggantikan kalimat kalimat sempurna di buku yang kubaca..
lalu bagaimana lah hikmah bisa kumengerti?
ayat ayatnya mengambang..
bahasanya menghilang..
ah, aku gagal mengartikannya..

maka aku memintamu pulang..
sekedar mengajariku lagi tentang aroma gerimis ini..
petang ini...

Kamis, 03 Juni 2010

BAHAGIAMU..TEMAN..,

biarkan daun daun menari, teman..
ketika malam sudah benar benar meninggalkan siang..
tapi gelap memang tak pernah terlalu sempurna, bukan?
selalu ada saga yang menyisakan remang petang..
api unggunnya juga telah habis barusan..

tak mengapa, teman..

biar saja mawar kuncup sebentar..
telah lelah rasanya ia merayu dunia agar jatuh cinta..
dan aromanya yang penuh membauri..
rasa..
seharian tadi..

sekarang tinggal dedaunan..
kita..
mari sejenak temani nafas mereka..
sambil mencari sisa angin yang tinggal sedikit..
lalu saling bercerita lagi di bangku bangku bambu..

apa masih ingat ceritaku yang dulu, teman?
biar kulanjutkan saja dengan cerita berikutnya..
atau kalau kau lupa, aku tak pernah berat mengulang semuanya..
bahagiamu, teman..

Senin, 31 Mei 2010

MENUNGGU MEKAR

seluas apa padang rumput kita?
ketika ternyata tak ada kupu kupu yang datang dan terbang dan mengitari bunga bunganya..
apa kau kecewa, dinda?

maukah menunggu mekarnya?
kan kutanami tanah dengan kembang kertas..
yang ungu saja..
atau merah?
ah, pasti indah..
lalu kupu kupu datang..
kumbang..

kita undang tawa agar pecah di rerumputannya..
nanti padang kita kembali terjaga..
penuh cinta..

Rabu, 26 Mei 2010

MARI BERDAMAI, DINDA..

trang..

mari berdamai, dinda..
karena ternyata perang ini tak memenangkan siapa-siapa..
seperti hempasan ombak lautan, aku sudah lelah menghajar karang-karang..
aku berhenti saja..

maka mari berjabat tangan, dinda..
biarkan jari-jari kita saling mengerti..
biarkan darah mengalir saja dalam nadi..
tak perlu menetesi tanah tanah yang sudah merah..

maka mari bicara, dinda..
agar aku bisa melihat senyummu dan lalu membalasnya..
kita akan menyelesaikan hari ini dengan sempurna..
dinda..

trang..

tak perlu merayuku, kanda..
perang sudah dimulai dan aku tak bisa menghentikan pedang yang melayang..
haruskah aku menyesal ketika kau terluka karena tajamnya?
jangan berharap, kanda.. 

mestinya kau ingat perang ini ada karena  maumu. 
ingat kah? 
aku bahkan tak ingin memasang perisai waktu itu,,
tak ingin pedangmu balik melukaimu..
ingatkah? 
ketika aku memohon mohon.. hentikan perang ini..hentikan perang ini...

tapi kau tertawa..menungguku  membalas kekejamanmu.. 
oh,,akan tegakah aku?

pedangmu terus saja menusukku...
tak berjeda..
hingga habis darah.. 

apakah aku harus mati dalam kebencianmu? 
ah,,tak manis sekali rasanya..

maka  aku berlari, kanda,, 
tak ingin melukaimu tapi juga tak ingin terluka.. 
ingatkah? 

kau tetap mencariku... 
memaksaku melayangkan pedang..
kau menantang. 

maka ini lah aku kanda... 
perisai ku pasang..
pedangku melayang..
seperti yang kau tunggu, ini perang... 

maka ini lah aku kanda... 
yang tak peduli ocehan kupu-kupu.. 
tak punya perasaan tak berbelas kasihan..

ingatkah? 
aku hanya ingin mengabulkan keinginanmu...
jadi tak perlu merayuku, kanda...

trang..


oh dinda, mari berdamai saja..

ini sungguh detikku yang terakhir..
tidakkah kau ingin aku tersenyum seperti dulu?
senyumku yang terakhir..

ayolah dinda, mari berdamai saja..


trang..

tidak...


trang..


oh..




Jumat, 21 Mei 2010

Barusan aku kehujanan... Eh, bukan dink... Yang betul hujan-hujanan.. Apa bedanya? Toh endingnya tetep sama, basah..pake kuyup pula... Yup, betul sekali. Ga akan keliatan bedanya kalo kita cuma liat endingnya.. dan begitu lah kebanyakan manusia, ngeliat endingnya. Apa salah? Entahlah.. Yang jelas, ngeliat endingnya jauh lebih gampang dibanding mesti mencari-cari penyebabnya, menginvestigasi alasannya, prosesnya...Itu off the record.. Ga dipublikasikan...
Makanya, jangan dongkol kalo ada orang yang salah paham sama kita.. Membenci kita gara-gara perbuatan kita. Padahal kita merasa ga salah, sama sekali ga salah, kita punya alesan kuat melakukan hal itu.. Sekali lagi, jangan dongkol dulu, bro..sis.. Manusiawinya, manusia-manusia di sekeliling kita jelas lebih gampang liat akibatnya... Masalah ternyata bukan kita yang salah, atau karena kita punya alesan melakukan hal itu... itu di luar penilaian mereka. Kita pahami saja, mereka cuma ga mau pusing mencari penyebabnya. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetep berlalu. Berani karena benar, takut karena salah. Apa lagi ya, pribahasa yang pas???? :)
Yang jadi masalah, kalau justru yang terjadi justru sebaliknya. Orang lain menganggap kehujanan, padahal kita sengaja hujan2an. Saya ambil contoh kasus bencana tsunami aceh sekian tahun lalu. Ini fiksi lo ya...
Sebuah keluarga, ayah, ibu, dan seorang anaknya, terseret arus tsunami yang dahsyat itu. Sang ayah sudah bertekad sedemikian rupa, agar  istri dan anaknya tidak terlepas dari pegangannya. Sang ayah sendiri memeluk tiang (ga tau tiang apa). Erat banget..biar ga kebawa arus. Tapi apa mau dikata, pegangan sang istri dan anaknya terlepas. Sehingga mereka terbawa arus dan ga tau lagi gimana nasibnya.
Apa yang terjadi sama sang ayah? Dia histeris... Istri dan anaknya ga selamat. Dan betapa menyedihkan hidup tanpa keduanya. Sang ayah ga sanggup bertahan hidup tanpa mereka. Daripada hidup sendirian, mending dia ikut mati sekalian. Begitu pikirnya. Makanya, dia melepaskan pelukannya  dari tiang. Tubuhnya hanyut terbawa arus, dan beberapa hari kemudian ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.
Di mata manusia, dia tentu tercatat sebagai korban tsunami. Tapi siapa yang tau, kalau ternyata dia korban bunuh diri? Naudzubillah min dzalik...

Kamis, 20 Mei 2010

MENUNGGU

aku harus bagaimana, ibu?
malam ini begitu dingin karena jendelaku tak lagi berdaun
angin angin menyerobot masuk tanpa mengetuk
tapi memang tak ada yang bisa diketuk, bukan?
jendelaku tak berdaun...

dingin, ibu...
peluklah aku
biar kupinjam hangatmu..

tapi bagaimana nanti denganmu?
bukankah aku tak tahu kapan bisa kukembalikan?

atau ibu, tak bisakah kita bagi saja?
kau ambil separuh dan aku sisanya..agar dingin ini tak selamanya..

ah, bisumu menakutiku, ibu...
atau mestinya aku tahu bahwa kehangatan itu hanya hidup ketika utuh..
kalau harus dibagi, maka ia hanya menjadi beku...

lalu bagaimana, ibu?
atau kutunggu saja sampai mati rasa?

Jumat, 07 Mei 2010

Buatlah janji sesekali..
kalau kalau nanti dunia terpaksa emmbencimu
kau tahu, semua akan terasa sulit sejak detik itu
karena langit bisa berubah abu abu dan meninggalkan embun yang ungu
adakah indah embun yang ungu?

Lalu apa tak akan takut dirimu?
sambil mengamati dahan dahan yang begitu nyaman dalam pelukan hujan
bukan girimis, dinda...
tapi badai
matahari juga tak sempat datang karena terlanjur malam
terambat, dinda...

Tapi apa malam akan iba padamu?
berbaik hati membukakan jendela dan pintu pintu
menuntunmu masuk dan memeluk
oh..aku tak yakin..

Jadi, buatlah janji
mungkin satu dua
sekedar memenjara tangan tangan agar tak liar menampar
ini bukan wajahmu, dinda..
dan aku pasti akan terluka
apa kau tega?

Jadi, buatlah janji..
bahwa apa pun yang terjadi kau akan kembali

(11.09 : menunggu waktu dan sadar bahwa setiap diri pasti mati....)

Senin, 03 Mei 2010

ku sempurnakan sujud..
ketika lutut begitu takut hingga gemetar dan tak kuasa menyangga raga...
lalu telapak tangan tangan menyentuh tanah sepenuhnya..
memutih jari jari itu
ingin benar ia menjadi saksi agar tak terjatuh dari rambut yang dibelah tujuh...
akankah aku berlari?
atau mungkin tertatih?
atau malah tidak sama sekali?

oh.. astaghfirullah...

lalu kuciumi aroma basahnya..
mencoba membayangkan dingin ketika aku nanti harus kembali..

oh..astaghfirullah...

air mata mengalir..jatuh..tenggelam di sela selanya..
kubiarkan ia memenuhi janji pada bumi..
gravitasi..
akankah ia menyirami kerontangku ketika matahari tak berjarak lagi?

oh..astaghfirullah...

jadi ku sempurnakan sujud..
mengakui bahwa Kau Yang Maha Tinggi
lalu mencari cari tangga menuju Ketinggian itu...

Minggu, 02 Mei 2010

ketika sebuah mobil menciprati bajuku dengan genangan air di tepian jalan, aku sekedar membersihkannya. saat itu gerimis dan mobil tetap melaju tanpa sedikitpun merasa bersalah.. sudahlah, aku sama sekali tak ingin menghamburkan sumpah serapah..

ketika seseorang menamparku dengan tangan kanannya, aku sekedar meraba pipiku yang memerah.. aku tak bersalah.. maka sakit tentu saja, tapi aku juga tak hendak balas menampar.. aku merasa cukup tegar..

ketika malam tengah benar benar sunyi, aku sekedar mendesah.. sekedar ingin mendengar sesuatu agar tak sempurna bisu.. tapi sama sekali tak hendak bernyanyi.. bagiku, cukuplah desah itu..

seingatku, aku selalu biasa saja memandang luka.. kusembuhkan.. kulupakan.. semuanya biasa saja..

tapi kali ini biarkan aku bersedih.. kali ketika kau memutuskan untuk pergi..

aku menangis..

(0022:insomnia)

Selasa, 20 April 2010

aku tak peduli lagi..
kalau batu batu itu ingin pecah maka biarlah..
aku lelah menjaganya tetap megah..
menelan segala badai..
menyerap semua terik..

dan kalau malam ini ia ingin menyerah..
terserah..

aku sekedar aku..
tak sedikitpun berminat merayunya lagi agar mau mengalah..
sudah kukembalikan semua tangan dan kakinya..
jadi biar ia sendiri yang menentukan arah...

kalau hendak ia marah maka biarlah..
aku tak peduli lagi..

Jumat, 16 April 2010

Kaligung..oh Kaligung..

Sore ini, aku berdiri antri di loket kereta kaligung bisnis jurusan tegal. Ada tulisan : tiket habis, melayani berdiri. Ah, itu biasa. Aku hampir tidak pernah dapet tempat duduk, baik waktu pulang k pemalang ataupun berangkat ke semarang. Jadi yg tetep aja aku beli tiket berdiri dg harga yg sama (25ribu).
Petugas sempet nawarin tiket kelas eksekutif. Oh, skr ada toh? Waktu kutanya harganya, aku sempet t'tegun. Harganya 50ribu. Ni KA mang lg banyak utang apa ya? Sampe bs bikin strategi se-cerdas itu.
Buat pelanggan kaligung pasti tau persis kenapa saya merasa miris dg kebijakan itu.
Gini ceritanya. Dulu bgt, kaligung cuma menyediakan kelas ekonomi. Harganya masi 10ribuan. Salah satu jadwalnya berangkat dr pemalang kirakira jam 5 pagi. Sampe semarang jam 8 pagi. Pas bgt dgn jadwal jam kerja/kuliah (kebanyakan memang karyawan/mahasiswa). Ga heran, kaligung jd transportasi idola, krn jamnya pas dan murah pula. Trus penumpangnya jd membludak. Anehnya pihak KA bukannya nambah gerbong, mereka malah bikin klas baru:bisnis. Harganya dua kali lipat (25ribu). Jadwal keberangkatannya pun menggeser klas ekonomi yg kemudian mesti ngalah berangkat jam 10 siang. Artinya mau ga mau, penumpang mesti mau, krn mesti ngejar jam kerja.
Krn alasan itu lah, lagi2 Kaligung membludak. Ga pantes disebut klas bisnis. Tp ya gimana lagi..penumpang dipaksa rela dg keadaan itu. Ga ada alternatif lain yg tepat dg jadwal aktifitasnya.
Yg bikin sedih, pihak KA tnyata lagi2 ga berminat menambah gerbong kereta, mengantisipasi animo penumpang. Eeehh,,malah skr bikin kelas baru:eksekutif. Harganya dua kali lipat pula.. Kl jadwal kereta kelas ini akhirnya menggeser jadwal kelas bisnis, apa kira2 penumpang mau ngalah lagi?

Selasa, 13 April 2010

Di Bis Kota, Rejeki Ga Akan Kemana

Tulisan ini tentang kebiasaanku hampir setiap hari (termasuk minggu). Bukan hobi sebenernya, tapi aku memang mesti terbiasa menjalaninya : naik bis kota, jurusan Mangkang - Bukit Kencana, berangkat ke dan pulang dari tempat kerja.

Seperti layaknya pekerja, aku berangkat sekitar jam setengah delapan dan pulang sekitar jam setengah lima. Tentu saja, jam-jam itu adalah jam jam sibuk. Aku jarang sekali dapet tempat duduk. Malah kadang buat berdiri aja rasanya kaki ga bisa lurus (saking penuhnya). Kalau pas berangkat si ga masalah. Toh badan belum pegel, masi seger. Yang bikin menderita adalah waktu pulangnya.

Dan yang lebih menyedihkan adalah si abang kenetnya ga mau tau betapa penuh isi bis. Dia bikin persekongkolan dengan supir: menaikkan dan menaikkan lagi penumpang di sepanjang jalan. Jadilah isi bis penuh sesek. Walaupun lagi-lagi kita mesti maklum. Si sopir tentu ngejar setoran. Si penumpang, tentu ingin segera sampai rumah, masalah ternyata si bis sudah penuh sesek,,itu urusan ke sekian. Apalagi kalau inget, jarak antara bis yang satu dengan bis yang lain tu lamaaaaa....banget. Jadi yang begitu itu...orang-orang mau saja naik, walaupun jelas-jelas bis sudah overweight. Ujian kesabaran mungkin. Yang penting ga terjadi fitnah aja. Apalagi kecelakaan. Na'udzubillah...

Ini lah yang aku bilang, di bis kota, rejeki ga akan kemana. Bukan tentang uang. Tapi tentang kursi (tempat duduk). Waktu itu, aku berdiri di samping seorang ibu setengah baya. Baru sampai Taman KB, itu artinya rumah kosku masi jauh. Aku berharap si ibu turun ga lama, biar aku bisa duduk. Pegellll pollll....

Alhamdulillah...aku liat, si ibu mulai mengemasi tas cangklongnya sambil melongok-longok ke arah depan. Itu artinya si ibu mau turun.... Beberapa lama ternyata si ibu belum turun juga. Aku dengan sabar menunggu 'penurunannya'. Rejeki sudah di depan mata. Tinggal sebentaaaarrrr lagi, aku bisa duduk dengan nyaman.

Tapi ternyata rejeki itu memang sedang tidak ditujukan buat aku. Tepat di depan Ramayana, ada penumpang baru masuk. Seketika, si abang kenet meneriakkan kalimat khasnya "ayo mba'...geser,,,geser,,,". Akhirnya, dengan berat hati, aku menggeser posisi berdiriku. Yang tadinya persis di samping ibu itu, kini agak mundur ke belakang. Wah,,alamat ga ketiban rejeki nih....

Benar saja,,,tepat setelah aku menggeser posisi berdiriku, yang kemudian dihuni oleh seorang anak SMA, tepat setelah itu, si ibu bergegas berdiri, meninggalkan kursi yang sudah aku incar dari tadi. Tapi tentu saja, posisiku sekarang sudah terlalu jauh, si gadis SMA sekarang lebih berkesempatan untuk menguasainya.

Dengan terharu, kupandangi kursi impianku itu... ternyata memang belum rejekiku. Bis masi penuh. Perjalanan masi jauh. Dan aku masi berdiri.... Di bis kota, rejeki ga akan kemana... :)

Minggu, 11 April 2010

Lihatlah..ternyata ada banyak orang yang tidak bisa mengerti maksud kita. Dimana sih letak masalahnya? Apa tadi sempat terjadi gempa karena patah tanah bumi? Hingga kalimat kalimat itu pecah dan meretakkan matahari. Serpihannya melukaiku..

Deviasi..

Kamis, 08 April 2010

Kadang aku merasa begitu lelah. Ingin rasanya berhenti sejenak. Tapi aku cukup tahu bagaimana tabiatku. Ketika aku berhenti, maka itu tidak pernah sejenak. Bisa jadi per'henti'an itu adalah selamanya. Bahkan mungkin akan lebih parah daripada sekedar 'berhenti'.

Bisa jadi aku akan menengok ke belakang. Lalu kutemukan bahwa detik yang kemarin terasa begitu memesona. Bahwa langkah yang kemarin terasa begitu mudah. Bahwa tawa yang kemarin terasa begitu bahagia. Aku yang kemarin terasa begitu sempurna sebagai manusia.

Maka siapa lah aku yang tidak akan tertarik ke belakang sana. Mengulang segala kebahagiaan itu.

Terlebih ketika kulihat gunung yang akan kudaki sedemikian tinggi. Bintang yang ingin kuraih sedemikian jauh. Lautan yang hendak kuselami sedemikian dalam. Siapa lah aku, hingga aku begitu merasa percaya bahwa aku mampu.

Maka aku pasi seketika. Semua ketakutan itu akan berhasil membunuhku sampai ke akar akarnya. Dan aku yang tengah begitu, pasti akan memilih mundur..tenggelam..hilang..

Tapi itu sungguh seketika saja. Biarkan aku menghela nafas, agar seketika yang lain, aku ingat untuk berdoa. Ya Rabb..kuatkan aku..kuatkan aku.. (hampir tengah malam)

Selasa, 06 April 2010

TAHAJJUD

mungkin cinta...
ketika malam menemukan dingin milik pagi
dititipkan pada angin yang menyapu bata-bata dan rerumputan
ada juga jingga muda dari bulan yang baru habis sempurnanya

semuanya bertasbih...

mungkin cinta...
ketika embun luruh dari ujung daun ke batang bambu
masih bening
mereka air, tapi mengerti tempatnya nanti kembali..

lalu tahmid meruah
mengikis bongkah bongkah angkuh yang mulai merapuh
berganti tangis
membangunkan bintang bintang yang masih merah..

berkedip..
berkerlip..
bertakbir..
berdzikir..
angkasa..

mungkin cinta..
ketika malam hampir selesai
tinggal gigil di sela sela istighfar
satu satu
entah berapa banyak yang mencapai Arsy-Nya
atau malah tidak satu pun?
menjelang pulang..
ketika matahari sudah memerah dan sebentar lagi terbenam
ada adzan di sudut sudut bundaran kota
lalu gemericik wudhu tumpah di pelataran tangga mushola

cuma tiga...
sisanya bergegas menapak jalanan yang marak
mereka menyala hanya karena gelap
langkah langkah yang tak peduli..

dan disini menghitung jari jari
sudahkah suci

tapi cuma tiga...
menangis di dinding dinding mushola suatu petang
menjelang pulang..

(waktu maghrib, di sebuah mushola dengan 2 orang makmum)

Rabu, 31 Maret 2010

misalnya kamu jadi penjual es keliling (misalnya lho ya...), trus ditengah jalan kamu ketemu sama penjual siomay yang sedang rame dikerumuni pembeli, padahal sepagian ini belum ada satu orang pun yang beli es-kamu, kira kira apa yang kamu pikirkan dalam kondisi begitu?

Selasa, 30 Maret 2010

Perang Batin

Satu pagi, anak ibu kos (umurnya sekitar 4 tahunan) yg sedang main di teras, tiba2 lari ke dalam rumah sambil teriak "mamaaa....beli...". Ternyata si kecil minta balon yang kebetulan lewat depan rumah, dengan bunyi khasnya 'toeeet....toeeett,,,,' Tapi ibu langsung menolak, "engga,,kamu udah punya banyak sayang...". Seketika, meledaklah tangis si kecil, ngotot minta balon, dengan gaya 'ngguling-gulingnya'. Si Ibu juga tetep kekeuh 'tidak'. Sementara itu, si penjual balon juga makin semangat men'toet-toet'kan balonnya.
Waktu itu, aku sempet membayangkan perang batin di antara ketiga orang itu: si kecil, ibunya dan penjual balon. Begini perang batinnya :
Si kecil : "Aku bakal terus ngamuk habis-habisan. Masa iya ibu tega. Pasti akhirnya nanti dibelikan. Yang penting aku sabar. Ngamuk sampe dapet....."
Ibu : "Ealah,,,ni anak kekeuh amat ya??? waktu kecil dulu kayaknya aku nangisku ga segitunya deh... Lagian ni abang balon kok malah makin kenceng noet-noetin balon. Pergi aja ngapa...biar ni anak adem...."
Si Abang balon : "Wah...keren juga ni anak.. Ngamuknya mantep. Si ibu pasti bakalan luluh. Aku tungguin aja lah...lumayan kan,,jadi rejeki.."
Penasaran banget aku siapa yang menang di perang batin tu... :)

Senin, 29 Maret 2010

BULAN DAN KACA KACA

ada pesan datang melewati cermin dan kaca kaca..menawariku bulan yang semalam tengah sempurna..dan seketika bening pecah..buncah..rekah..indah..

Sabtu, 27 Maret 2010

Ingatkan aku..
karena lelah tengah begitu mengikat tangan dan kakiku
hingga jalanan yang sekedar berbatu itu tak kuasa terlangkahi
apalah lagi berhujan badai

aku berhenti..

sekian musim belum cukup merayu dunia agar jatuh cinta padaku
memilih laut laut yang sama sekali tidak pernah biru di kedalamannya
tapi ternyata gelap lebih memikat

aku berhenti..

maka ingatkan aku untuk sekedar tersungkur mengakui Nya..
Yang Maha Segala..

Jumat, 26 Maret 2010

ada apa?
kenapa kau tutup semua jendela rumah kita?
bahkan kumbang enggan datang lagi di bebungaan
lalu siapa yang akan menemani makan malam nanti?

kini sepi menggigiti beranda yang tanpa tawa
angin angin juga kehabisan silir
kemana suara?
telah bernyanyi seluruh dunia..
tapi merdunya tak sampai bahkan di genting rumah kita

hai, ada apa?
kenapa tak kau nyalakan lampu lampu?
hari mulai gelap dan kita perlu cahaya sebelum senyap
bukankah tak ada warna jika kita tak membuka mata?

ayo bicaralah..
aku sungguh tidak tahu kau berdiri di sudut mana
semua hitam bagiku
dan rumah ini tengah tak mengijinkanku menyusuri lorong lorongnya
jangan ada yang terluka disini

jadi katakan saja, dinda..
agar rumah ini bahagia..

(23.03 di sebuah tempat)

Rabu, 24 Maret 2010

merasa tak ada
di langit langit yang tak pernah memiliki dahan
biru, tapi tak cukup meneduhi daun kembang kertas yang mulai meranggas..

lalu menunggu laut naik ke awan awan
bukankah birunya tak sama?
jadi biar ia menggantikan..

tapi ternyata harus menunggu semusim lagi
sampai hujan rela meninggalkan istananya
menetap di gelap bumi yang dalamnya entah..

dan sampai saat itu benar benar ada
aku merasa tak ada..

BIAR MUSNAH

hanya ingin menangis..
biar sembuh luka luka dan kecewa
biar darahnya mengering atau menguap saja ke awan
biar mendung tidak lagi abu abu tapi sesaga petang

apa tak bertanya tanya para burung?
mengira malam datang terlalu cepat
dan mengusir matahari sebelum selesai siang

biar hujan dan airnya menderas mendarah
dari langit bukan lukaku..

apa tak bertanya tanya rerumputan?
resah karena malam ini tak bisa menyimpan embun
dan darah tak pernah mengembunkan
entah..

biar meresap tanah
yang kepadanya semua warna menjadi musnah..

Kamis, 18 Maret 2010

MENUJU MUARA

ini tentang janji..
mengalir bersama sungai yang menuju muara..
yang menghempaskan bebatuan..
yang menerobos akar akar rerumputan..
dan kepada pipit yang terbang rendah,,,kusampaikan salam yang indah

tapi perjalanan belum selesai..
masih ada palung dalam yang mestinya hanya ada di lautan
aku bahkan belum sempat mengenali matahari
dan sebelum kutanya ia sudah tergantikan

jadi ini tentang janji
air pada muaranya..
mengantarku dan segala lelahku..
debu debu bumi..
memenuhi janji...

(menatap sungai banjir kanal di satu sore)

AKHIR PERJALANAN

Abai pada musim
ketika mulai kering dan meranggaskan daun jati
lalu danau menguap ke awan awan
tanpa janji kapan akan kembali 

Hujan tak peduli pada bumi yang rindu
hanya ada air mata yang tak seberapa
meresap jauh dan tak sempat membasahi
tak juga sempat berjanji untuk kembali

Lalu sore datang tanpa langit
tanpa hujan

Tidak sekarang tidak juga nanti sepertiga malam
tak kan lagi hujan
hingga samapi di ujung jalan dan tak pernah mengerti
inilah akhir

Sengau memanggil semua dunia agar mau menemani
sekedar embun juga tak apa

Tapi yang ada hanya api...

Jumat, 12 Maret 2010

DI TANGGA BAITURRAHMAN

dan menghitung anak anak tangga Baiturrahman..
menuju Kasih Yang Tak Terbatas yang belum lagi kubalas..
Sempurna..

katika air mata sudah habis tapi belum juga bahagia..
atau karena dunia?
hingga tangis ini tak sanggup menggetarkan..
bahkan gerimis juga enggan menyirami, apalagi hujan..
kerontang..

lalu lampu lampu berpendar di simpang lima
mengantar matahari pada malam
tenggelam
sudah tua ternyata, seharian..
tapi masih saja berselimut debu
tak ingat lagi kapan terakhir kali membasuhnya dengan wudhu
mengalirkannya di sela sela jari yang terus menggenggam dosa setiap hari
sampai ke tulang tulang

lalu adzan menggema
mengisi sudut sudut kosong di sisian jalan
tapi tak menjamah kaca kaca...
ah, entah...

dan di Baiturrahman ini cinta masih menggegar
tertatih kutapaki tangganya satu satu
melepaskan dzikri yang selama ini kelu di lidahku
beku,,,

Kamis, 11 Maret 2010

AKU MENEPI

aku menepi...
pada dinding dinding cerita yang dari dulu selalu menunggu
bumi mencandai...
tapi aku merasa sedu sedan ini semakin nyata
terisak...
tersedak...

lalu dimana?
jalan ini sudah sedemikian panjang kususuri
dan yang kutahu semuanya bahagia
ranting..
dedaunan..
sayap sayap..
debu..
bebatuan..
sungai dan muaranya..

semua tertawa...
atau adakah yang luput kulihat?

lalu aku menepi..
pada dinding cerita yang selalu menunggu
merabai bata bata yang merah berdarah
sejak kapan lukanya?

tak pernah terobati, dan sedu sedan itu sekedar
pernyataan
nasib tidaklah sama

dan aku menepi..
pada dinding dinding cerita yang selalu menunggu
entah pada tawa yang membuncah atau senyum yang merekah
aku tetap menepi
sekedar menyeka air mata yang terlanjur terasa asinnya
sudah

dan pada dinding dinding cerita yang selalu menunggu
aku menepi..

(17.00 : menunggu bis yang akan mengantarku pulang)