Kamis, 19 Mei 2011

Sebenernya, ada banyak hal baru yang bisa kita pelajari bahkan di sepanjang jalan yang kita lewati setiap hari.



Pernah ga kamu merasa bosan dengan rutinitas harian yang itu itu aja? Setiap hari sama. Mulai dari pagi. Kita bangun dari tempat tidur yang sama. Pas makan, kita mengunyah dengan gigi gigi yang sama. Nelennya pun pake tenggorokan  yang sama.. (analoginya lebay ih..)

Trus kita berangkat kerja, nglewati jalan yang sama. Nyampe di tempat kerja ketemu dengan bos yang sama (emang ada bos yang ganti tiap hari???) Kerjaan yang dihadapi juga sama. Pas jam pulang, kita nglewati jalan yang sama lagi. Nyampe rumah, kita masuk lewat pintu yang sama juga. Ketemu dengan lemari baju yang sama, nginjek lantai yang sama, 

Dudududu… hal hal yang kita lakukan tiap hari adalah rutinitas yang sama..

Bosan?? Mungkin juga. Tapi kalau sudah kritis, sampe ke ubun ubun, coba deh let’s  restart our minds…
Kayak judul di atas, Sebenernya, ada banyak hal baru yang bisa kita pelajari bahkan di sepanjang jalan yang kita lewati setiap hari. 

Maksudku gini, bisa jadi kita memang ngelewati jalan yang sama setiap hari. Tapi pernah ga kita mencoba untuk lebih memperhatikan detail. Mencari hal hal kecil yang bisa kita pelajari, sehingga jalan yang sama yang kita lewati setiap hari akan tersa ‘tidak sama’ lagi.

Misalnya, kita ngeliat ada kecelakaan yang berdarah darah di jalan itu… (kira golongan darahnya apa ya??? Tersedia ga ya di PMI??)

Besoknya lagi, di jalan yang sama kita ngeliat ada lubang galian telpon yang dibiarkan melongo begitu aja tanpa papan peringatan… (wah, kalo ada yang terperosok piye jal??? Diganti untung ga tu sama TELKOM?? )
Besoknya lagi, mungkin di jalan yang sama terjadi banjir local, hanya gara gara ada warga pinggir jalan yang lupa matiin kran air.. (kita jadi inget nasib sungai sungai kita yang tercemar…).

Atau mungkin kita liat ada receh lima ratusan yang jatuh dan dicuekin.. (hoho, sekarang uang lima ratusan ga ‘menarik’ lagi.. inflasi oh inflasi…).

Atau lampu lantas yang mati warna hijaunya, jadi meraaaahhhh terus (kapan jalannya coba??? Btw, berapa sih harga satu paket lampu lantas???).

Atau bendera parpol yang ganti tiap seminggu sekali.. (saking banyaknya jumlah parpol, jadi waktu shift pemasangan juga makin sering… Coba tebak, berapa jumlah parpol peserta pemilu 2014 nanti…).

Atau kendaraan kita yang tiba tiba macet trus mesti kita dorong sampe bengkel terdekat.. (pengalaman pertama jadi perhatian public, minimal lirikan iba  dari pengguna jalan lain.. amit amit deh..).

Tu kan.. ternyata banyak detail baru yang exiting untuk kita amati dan pelajari di sepanjang jalan yang kita lewati tiap hari. Kalau selama ini kita bosan sama jalanan itu, mungkin karena kita Cuma melihat jalan sebagai kumpulan aspal berwarna abu abu.. (coz sampe sekarang belum ada ahli yang punya rencana bikin aspal warna pink kannn???)..

Itu baru di jalanan… Di rumah kita? Di tempat kerja? Atau waktu kita makan siang? Pasti ada lebih banyak hal baru yang bisa mencerdaskan kita.

Jadi, diantara dua pilihan : 1. menjadi pribadi yang ‘bosan’ atau 2. menjadi pribadi yang ‘cerdas’, kira kira kita mau milih yang mana?

Kamis, 12 Mei 2011

NO BODY’S PERFECT (Motivasi Bagi diri sendiri yang memiliki “gudang” kekurangan)

Setujukah anda dengan pendapat di atas, bahwa No Body’s Perfect. Kalau saya setuju. Di jaman sekarang ini, mana ada manusia yang sempurna dalam segala aspek? 

Kekurangan dalam diri seseorang adalah wajar. Bahkan pribadi (jaman sekarang) yang sama sekali tanpa kekurangan bisa dibilang abnormal.  Dan sebagai pribadi yang normal, maka ada pertanyaan standar yang selalu muncul setiap kali saya berinteraksi dengan orang baru. “BAGAIMANA KALAU DIA KECEWA PADAKU DISEBABKAN KEKURANGANKU?”

Pertanyaan ini pun wajar, karena pada dasarnya kita semua tentu ingin terlihat baik di mata prang lain. Ingin orang lain merasa nyaman dan senang saat berinteraksi dengan kita. Lalu bagaimana dengan semua kekurangan kita? Apa ia harus kita  paksa masuk ke dalam brankas? Kalau satu dua kekurnagan, tentu masih mungkin kita eliminir. Tapi kalau sepuluh?lima puluh? Seratus? Atau bahkan lebih dari itu? Huuuwwwaaa,,,hamper pasti tidak bisa kita ‘amankan’ seratus persen. Berarti hamper pasti ‘DIA KECEWA’ dong??

Belum tentu juga.. Mari kita hilangkan ketakutan itu, karena ia hanya akan mengganggu kecerdasan kita dalam berinteraksi. Dan biar saja pertanyaan ‘BAGAIMANA KALAU DIA KECEWA PADAKU?’ tidak terjawab, karena memang tidak perlu dijawab. Justru sekarang kita harusnya sibuk menjawab pertanyaan berikutnya yang jauh lebih penting  “BAGAIMANA KITA MENGHADAPI DAN MENGATASI KEKECEWAANNYA?”

Kita mesti siapkan amunisi : kekuatan mental untuk menjadi problem solver atas kekecewaannya; kerendahan hati untuk tidak balik mencari kekurangannya; dan berdoa agar Allah mengikatkan hati kita dengannya (robithoh) sehingga dia tetap merasa nyaman saat berinteraksi, meskipun kita punya banyak kekurangan.

Next?

Substitusi kekurangan dengan kelebihan. Kalau batu baterai punya sisi plus dan sisi minus, bumi juga punya kutub utara dan kutub selatan, maka kita juga pasti begitu. Ada kekurangan pasti ada kelebihan. Maka netralkan kekurangan dengan kelebihan kelebihan yang kita punya. Dijamin,  interaksi kita akan berumur panjang, bahkan  bisa jadi longlife interaction….

Wallahu a’lam..

Rabu, 11 Mei 2011

Coz Life Is Not A Winamp Player

Pernah dengerin mp3 pake winamp kan? Atau windows MP? Atau pake DVD Player?? Apapun medianya, mereka semua menawarkan menu yang tidak jauh beda. Ada playlist (add file, del file, remove file from list, dsb). Ada juga menu play (play, pause, stop, next track/ff, prev track/rew). Ada menu vol/mute, trus repeat mode, shuffle mode, dll. Dengan semua menu itu, tentunya kita bisa atur apa yang pengen kita denger. Mau jeda sebentar trus nanti dilanjut lagi juga boleh. Atau lompat ke lagu berikutnya? Mengulang lagu? Stop alias berhenti? It’s easy pasti.

But life is not a winamp player, right? Menu yang tersedia dalam kehidupan kita tidaklah sama dengan menu menu yang ada di winamp. Garis hidup berjalan lurus, bukan semau kita. Kita tidak bisa minta ‘pause’ karena sedang kehabisan tenaga. Kita juga tidak bisa minta next track karena eneg dengan kejadian yang sedang dihadapi. Sebaliknya, pas ketemu moment membahagiakan, kita juga tidak bisa repeat moment yang sama.

It can't be, bro/sist… Hidup berjalan sesuai playlist yang sudah disusun oleh Sang Pencipta, Allah Al Kholiq. Sedih atau senang, nikmat atau musibah, semua mesti kita jalani. Satu satunya yang bisa kita lakukan adalah meminta kepada Allah agar memasukkan kita ke dalam golongan orang orang yang cerdas yang bisa mengambil hikmah dari setiap play ‘moment’ list kita.

Wallahu a’lam…

Selasa, 10 Mei 2011

Ketika Kau Tengah Merasa Dilupakan

Seting : di sebuah ruang tamu, di siang hari yang panas

Kakak : wah, tadi malem rumah ruammme poll…
Adik     : lho, mang ada acara apaan to?
Kakak  : lho, nazhif kan akikahan…
Adik     : lho, kok aku ga tau sih?
Kakak  : ah masa, kamu ga diundang??
Adik     : ngga’.. beneran aku ga tau nazhif akikahan
Kakak  : oh,,, maaf maaf,,, mungkin kelupaan. Soalnya kemaren tu memang ribet banget, sampe lupa ngasi tau kamu. Maaf ya…
Adik     : Masya Allah,, ngundang temen2 aja sempet, kok adik sendiri malah kelupaan sih??
Kakak  : iya,,iya,, maaf ya…

Percakapan itu mungkin sudah selesai. Tapi tidak bagi sang adik, bahkan sampai berhari hari setelah siang itu… Ada perang batin yang berkobar di hatinya. Perang yang menghasilkan sebuah kesimpulan “AKU DILUPAKAN”. Duh kelam nian rasanya dunia.. akibatnya puluhan pernyataan yang memvonis pun dijatuhkan bertubi tubi… susul menyusul.
  1. Kok tega banget sih?
  2. Ga inget apa, waktu dia butuh bantuan aku sigap mau mbantuin?
  3. Jadi sebenernya, selama ini, aku dianggep apa sama dia?
  4. Besok besok, kapok lah aku ngasi perhatian ke dia… Ngapain? Orang dia aja ngelupain aku?
  5. ….
  6. … dst.

Maka, semakin kelamlah dunia. Bahkan hujan badai..petir menyambar nyambar.. Atau malah tsunami??? Porak poranda lah jalinan silaturahim selama ini, hanya karena sebuah kesimpulan “AKU DILUPAKAN”

Padahal kalau mau ditelaah ulang,,,,,
Kesimpulan itu semestinya mungkin tidak terlalu benar. Apalagi deretan vonis yang dijatuhkan.. Toh, dia sudah minta maaf. Toh, dia sudah menyampaikan alasannya kenapa lupa. Toh, ‘lupa’nya ini hanya terjadi sekali. Coba bandingkan dengan moment moment tak terlupakan yang pernah ada, bisa jadi satu banding sekian juta… 

Kalau kita masih marah juga, mari ambil obat penenang dari Prof Ralph Merkle dari Georgia Tech, yang mengatakan bahwa kapasitas memori otak manusia itu sekitar 200MB. Jadi wajar kalau sesekali dia lupa… Dzolim namanya kalau menuntut dia sempurna dalam  mengingat keberadaan kita.
Jadi mari kita sama sama memaklumi kelemahan kita, karena manusia tanpa kelemahan bagaikan sayur tanpa garam (hiyyyaaaa,,,peribahasanya ga nyambung ya??? J)