Selasa, 20 April 2010

aku tak peduli lagi..
kalau batu batu itu ingin pecah maka biarlah..
aku lelah menjaganya tetap megah..
menelan segala badai..
menyerap semua terik..

dan kalau malam ini ia ingin menyerah..
terserah..

aku sekedar aku..
tak sedikitpun berminat merayunya lagi agar mau mengalah..
sudah kukembalikan semua tangan dan kakinya..
jadi biar ia sendiri yang menentukan arah...

kalau hendak ia marah maka biarlah..
aku tak peduli lagi..

Jumat, 16 April 2010

Kaligung..oh Kaligung..

Sore ini, aku berdiri antri di loket kereta kaligung bisnis jurusan tegal. Ada tulisan : tiket habis, melayani berdiri. Ah, itu biasa. Aku hampir tidak pernah dapet tempat duduk, baik waktu pulang k pemalang ataupun berangkat ke semarang. Jadi yg tetep aja aku beli tiket berdiri dg harga yg sama (25ribu).
Petugas sempet nawarin tiket kelas eksekutif. Oh, skr ada toh? Waktu kutanya harganya, aku sempet t'tegun. Harganya 50ribu. Ni KA mang lg banyak utang apa ya? Sampe bs bikin strategi se-cerdas itu.
Buat pelanggan kaligung pasti tau persis kenapa saya merasa miris dg kebijakan itu.
Gini ceritanya. Dulu bgt, kaligung cuma menyediakan kelas ekonomi. Harganya masi 10ribuan. Salah satu jadwalnya berangkat dr pemalang kirakira jam 5 pagi. Sampe semarang jam 8 pagi. Pas bgt dgn jadwal jam kerja/kuliah (kebanyakan memang karyawan/mahasiswa). Ga heran, kaligung jd transportasi idola, krn jamnya pas dan murah pula. Trus penumpangnya jd membludak. Anehnya pihak KA bukannya nambah gerbong, mereka malah bikin klas baru:bisnis. Harganya dua kali lipat (25ribu). Jadwal keberangkatannya pun menggeser klas ekonomi yg kemudian mesti ngalah berangkat jam 10 siang. Artinya mau ga mau, penumpang mesti mau, krn mesti ngejar jam kerja.
Krn alasan itu lah, lagi2 Kaligung membludak. Ga pantes disebut klas bisnis. Tp ya gimana lagi..penumpang dipaksa rela dg keadaan itu. Ga ada alternatif lain yg tepat dg jadwal aktifitasnya.
Yg bikin sedih, pihak KA tnyata lagi2 ga berminat menambah gerbong kereta, mengantisipasi animo penumpang. Eeehh,,malah skr bikin kelas baru:eksekutif. Harganya dua kali lipat pula.. Kl jadwal kereta kelas ini akhirnya menggeser jadwal kelas bisnis, apa kira2 penumpang mau ngalah lagi?

Selasa, 13 April 2010

Di Bis Kota, Rejeki Ga Akan Kemana

Tulisan ini tentang kebiasaanku hampir setiap hari (termasuk minggu). Bukan hobi sebenernya, tapi aku memang mesti terbiasa menjalaninya : naik bis kota, jurusan Mangkang - Bukit Kencana, berangkat ke dan pulang dari tempat kerja.

Seperti layaknya pekerja, aku berangkat sekitar jam setengah delapan dan pulang sekitar jam setengah lima. Tentu saja, jam-jam itu adalah jam jam sibuk. Aku jarang sekali dapet tempat duduk. Malah kadang buat berdiri aja rasanya kaki ga bisa lurus (saking penuhnya). Kalau pas berangkat si ga masalah. Toh badan belum pegel, masi seger. Yang bikin menderita adalah waktu pulangnya.

Dan yang lebih menyedihkan adalah si abang kenetnya ga mau tau betapa penuh isi bis. Dia bikin persekongkolan dengan supir: menaikkan dan menaikkan lagi penumpang di sepanjang jalan. Jadilah isi bis penuh sesek. Walaupun lagi-lagi kita mesti maklum. Si sopir tentu ngejar setoran. Si penumpang, tentu ingin segera sampai rumah, masalah ternyata si bis sudah penuh sesek,,itu urusan ke sekian. Apalagi kalau inget, jarak antara bis yang satu dengan bis yang lain tu lamaaaaa....banget. Jadi yang begitu itu...orang-orang mau saja naik, walaupun jelas-jelas bis sudah overweight. Ujian kesabaran mungkin. Yang penting ga terjadi fitnah aja. Apalagi kecelakaan. Na'udzubillah...

Ini lah yang aku bilang, di bis kota, rejeki ga akan kemana. Bukan tentang uang. Tapi tentang kursi (tempat duduk). Waktu itu, aku berdiri di samping seorang ibu setengah baya. Baru sampai Taman KB, itu artinya rumah kosku masi jauh. Aku berharap si ibu turun ga lama, biar aku bisa duduk. Pegellll pollll....

Alhamdulillah...aku liat, si ibu mulai mengemasi tas cangklongnya sambil melongok-longok ke arah depan. Itu artinya si ibu mau turun.... Beberapa lama ternyata si ibu belum turun juga. Aku dengan sabar menunggu 'penurunannya'. Rejeki sudah di depan mata. Tinggal sebentaaaarrrr lagi, aku bisa duduk dengan nyaman.

Tapi ternyata rejeki itu memang sedang tidak ditujukan buat aku. Tepat di depan Ramayana, ada penumpang baru masuk. Seketika, si abang kenet meneriakkan kalimat khasnya "ayo mba'...geser,,,geser,,,". Akhirnya, dengan berat hati, aku menggeser posisi berdiriku. Yang tadinya persis di samping ibu itu, kini agak mundur ke belakang. Wah,,alamat ga ketiban rejeki nih....

Benar saja,,,tepat setelah aku menggeser posisi berdiriku, yang kemudian dihuni oleh seorang anak SMA, tepat setelah itu, si ibu bergegas berdiri, meninggalkan kursi yang sudah aku incar dari tadi. Tapi tentu saja, posisiku sekarang sudah terlalu jauh, si gadis SMA sekarang lebih berkesempatan untuk menguasainya.

Dengan terharu, kupandangi kursi impianku itu... ternyata memang belum rejekiku. Bis masi penuh. Perjalanan masi jauh. Dan aku masi berdiri.... Di bis kota, rejeki ga akan kemana... :)

Minggu, 11 April 2010

Lihatlah..ternyata ada banyak orang yang tidak bisa mengerti maksud kita. Dimana sih letak masalahnya? Apa tadi sempat terjadi gempa karena patah tanah bumi? Hingga kalimat kalimat itu pecah dan meretakkan matahari. Serpihannya melukaiku..

Deviasi..

Kamis, 08 April 2010

Kadang aku merasa begitu lelah. Ingin rasanya berhenti sejenak. Tapi aku cukup tahu bagaimana tabiatku. Ketika aku berhenti, maka itu tidak pernah sejenak. Bisa jadi per'henti'an itu adalah selamanya. Bahkan mungkin akan lebih parah daripada sekedar 'berhenti'.

Bisa jadi aku akan menengok ke belakang. Lalu kutemukan bahwa detik yang kemarin terasa begitu memesona. Bahwa langkah yang kemarin terasa begitu mudah. Bahwa tawa yang kemarin terasa begitu bahagia. Aku yang kemarin terasa begitu sempurna sebagai manusia.

Maka siapa lah aku yang tidak akan tertarik ke belakang sana. Mengulang segala kebahagiaan itu.

Terlebih ketika kulihat gunung yang akan kudaki sedemikian tinggi. Bintang yang ingin kuraih sedemikian jauh. Lautan yang hendak kuselami sedemikian dalam. Siapa lah aku, hingga aku begitu merasa percaya bahwa aku mampu.

Maka aku pasi seketika. Semua ketakutan itu akan berhasil membunuhku sampai ke akar akarnya. Dan aku yang tengah begitu, pasti akan memilih mundur..tenggelam..hilang..

Tapi itu sungguh seketika saja. Biarkan aku menghela nafas, agar seketika yang lain, aku ingat untuk berdoa. Ya Rabb..kuatkan aku..kuatkan aku.. (hampir tengah malam)

Selasa, 06 April 2010

TAHAJJUD

mungkin cinta...
ketika malam menemukan dingin milik pagi
dititipkan pada angin yang menyapu bata-bata dan rerumputan
ada juga jingga muda dari bulan yang baru habis sempurnanya

semuanya bertasbih...

mungkin cinta...
ketika embun luruh dari ujung daun ke batang bambu
masih bening
mereka air, tapi mengerti tempatnya nanti kembali..

lalu tahmid meruah
mengikis bongkah bongkah angkuh yang mulai merapuh
berganti tangis
membangunkan bintang bintang yang masih merah..

berkedip..
berkerlip..
bertakbir..
berdzikir..
angkasa..

mungkin cinta..
ketika malam hampir selesai
tinggal gigil di sela sela istighfar
satu satu
entah berapa banyak yang mencapai Arsy-Nya
atau malah tidak satu pun?
menjelang pulang..
ketika matahari sudah memerah dan sebentar lagi terbenam
ada adzan di sudut sudut bundaran kota
lalu gemericik wudhu tumpah di pelataran tangga mushola

cuma tiga...
sisanya bergegas menapak jalanan yang marak
mereka menyala hanya karena gelap
langkah langkah yang tak peduli..

dan disini menghitung jari jari
sudahkah suci

tapi cuma tiga...
menangis di dinding dinding mushola suatu petang
menjelang pulang..

(waktu maghrib, di sebuah mushola dengan 2 orang makmum)