Selasa, 13 April 2010

Di Bis Kota, Rejeki Ga Akan Kemana

Tulisan ini tentang kebiasaanku hampir setiap hari (termasuk minggu). Bukan hobi sebenernya, tapi aku memang mesti terbiasa menjalaninya : naik bis kota, jurusan Mangkang - Bukit Kencana, berangkat ke dan pulang dari tempat kerja.

Seperti layaknya pekerja, aku berangkat sekitar jam setengah delapan dan pulang sekitar jam setengah lima. Tentu saja, jam-jam itu adalah jam jam sibuk. Aku jarang sekali dapet tempat duduk. Malah kadang buat berdiri aja rasanya kaki ga bisa lurus (saking penuhnya). Kalau pas berangkat si ga masalah. Toh badan belum pegel, masi seger. Yang bikin menderita adalah waktu pulangnya.

Dan yang lebih menyedihkan adalah si abang kenetnya ga mau tau betapa penuh isi bis. Dia bikin persekongkolan dengan supir: menaikkan dan menaikkan lagi penumpang di sepanjang jalan. Jadilah isi bis penuh sesek. Walaupun lagi-lagi kita mesti maklum. Si sopir tentu ngejar setoran. Si penumpang, tentu ingin segera sampai rumah, masalah ternyata si bis sudah penuh sesek,,itu urusan ke sekian. Apalagi kalau inget, jarak antara bis yang satu dengan bis yang lain tu lamaaaaa....banget. Jadi yang begitu itu...orang-orang mau saja naik, walaupun jelas-jelas bis sudah overweight. Ujian kesabaran mungkin. Yang penting ga terjadi fitnah aja. Apalagi kecelakaan. Na'udzubillah...

Ini lah yang aku bilang, di bis kota, rejeki ga akan kemana. Bukan tentang uang. Tapi tentang kursi (tempat duduk). Waktu itu, aku berdiri di samping seorang ibu setengah baya. Baru sampai Taman KB, itu artinya rumah kosku masi jauh. Aku berharap si ibu turun ga lama, biar aku bisa duduk. Pegellll pollll....

Alhamdulillah...aku liat, si ibu mulai mengemasi tas cangklongnya sambil melongok-longok ke arah depan. Itu artinya si ibu mau turun.... Beberapa lama ternyata si ibu belum turun juga. Aku dengan sabar menunggu 'penurunannya'. Rejeki sudah di depan mata. Tinggal sebentaaaarrrr lagi, aku bisa duduk dengan nyaman.

Tapi ternyata rejeki itu memang sedang tidak ditujukan buat aku. Tepat di depan Ramayana, ada penumpang baru masuk. Seketika, si abang kenet meneriakkan kalimat khasnya "ayo mba'...geser,,,geser,,,". Akhirnya, dengan berat hati, aku menggeser posisi berdiriku. Yang tadinya persis di samping ibu itu, kini agak mundur ke belakang. Wah,,alamat ga ketiban rejeki nih....

Benar saja,,,tepat setelah aku menggeser posisi berdiriku, yang kemudian dihuni oleh seorang anak SMA, tepat setelah itu, si ibu bergegas berdiri, meninggalkan kursi yang sudah aku incar dari tadi. Tapi tentu saja, posisiku sekarang sudah terlalu jauh, si gadis SMA sekarang lebih berkesempatan untuk menguasainya.

Dengan terharu, kupandangi kursi impianku itu... ternyata memang belum rejekiku. Bis masi penuh. Perjalanan masi jauh. Dan aku masi berdiri.... Di bis kota, rejeki ga akan kemana... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar