Jumat, 12 Agustus 2011

aku tengah menatapi awan yang menggarisi langit..
abstrak, sayang..
tapi tetap mempesona..

seperti rasa yang belum sempat terdefinisi ini..
namun telah mengisi ruang dan waktuku..
itu kau, sayang..

jadi biarkan hari hari kita menjadi lukisan..
untuk kita nikmati..
untuk kita nikmati..


(tengs tu Allah yg dah bgt baik sama aku)
ini Ramadhan pertama kita, sayang..
ketika malam terasa demikian cepat sementara ada banyak hal yang tak ingin kita lewatkan..
rasanya waktu suka sekali berkejaran..
berlarian..

maafkan, sayang..
jika kadang aku mengaduh tentang lelah yang seringkali tidak segera sembuh..

maukah kau menungguku?
agar nanti bisa kita susun bersama daftar kebahagiaan kita..
karena ini Ramadhan pertama kita..
bukan aku..
bukan kau..


ini lah perjalanan kita, sayang..
ketika malam merayapi larut dan di sana sini terang lampu jalanan..
coba lah tengadah sebentar, sayang..
melihati langit yang tengah berbulan sabit..
indah bukan?

juga tentang angin..
yang tiba tiba menyusupi jari dan tangan tangan..
kemudian menemukanmu dalam genggaman..
oh, aku kasmaran..

jadi ini lah perjalanan kita, sayang..
aku, kau, dan rembulan..

(:luvbita:)
biar aku menjadi sayapmu, sayang..
mengikutimu terbang ketika langit dan bumi tengah biru..
atau sesekali berteduh di rumah rumah beratap bambu..
saat hujan..

kau tahu, sayang?
aku ingin melihat apa yang kau lihat..

kelokan sungai sungai berair hijau..
atau embun yang menyisa di pucuk daun daun putri malu..

mereka indah, sayang..
seperti dirimu..

(forbitaspecially)

Rabu, 03 Agustus 2011

ahai..
sejak kapan angin angin ini begitu pintar menggambarkanmu..
membawa sepotong demi sepotong tatapan yang tak terdefinisikan oleh kosakataku..

sungguh...
entah bagaimana mengatakannya..

hanya saja, bersama angin angin ini aku merasa ditemani..

ahai..

(forbitaspecially)
aduh..
bagaimana kalau aku rindu?
pada matamu yang menatapiku seperti pijar lampu saat hari mulai remang..
begitu bintang..
sayang..

(forbitaspecially)

Senin, 01 Agustus 2011

selamat siang, cinta,,

di sini angin bertiup tanpa suara..
juga tampaknya tak ingin menerbangkan apa apa..

jadi biar kusampaikan sendiri salam ini..
padamu, duhai cinta,,

semoga selalu bahagia..
semoga selalu bahagia..


(salam untuk Bita)
mari duduk sini, sayang..
kita dengarkan beberapa lagu yang mungkin kau suka..
biar kunyanyikan..

atau kau lebih suka kita bicara saja?
sambil menatapi daun mangga yang jatuh satu satu..

lalu sesekali mata kita bertemu..
dan aku tersipu..

jadi mari duduk sini, sayang..
sampai maghrib datang..


(for you, my beat)

Senin, 11 Juli 2011

tiba tiba merasa takut untuk pulang...
kalau kalau rumahku masih gelap..
dan aku masih belum tahu juga dimana sakelar lampunya..
lalu bagaimana bisa terang?
sementara maghrib mulai datang..

duh, merasa takut untuk pulang..

:(

Kamis, 30 Juni 2011

MAKIN CINTA

biar pohon pohon ini menaungi, sayang...
kalau nanti hujan keburu datang sementara atap rumah kita belum selesai terpasang..
satu satu airnya merembesi bumi yang baru saja kita tanami..
apa kau juga ingin tahu, sayang?
seberapa jauh mereka masuk ke kedalamannya?

nanti setelah reda, aku akan bertanya "berikutnya apa, sayang?"
sambil menikmati aroma tanah yang tengah basah, kau berkata
"makin cinta"

-for Bita specially-

Kamis, 09 Juni 2011

MASIH TENTANG KAU

ingin selalu menatapimu, sayang..
seperti ujung dahan dahan yang selalu tengadah pada bulan..
ketika gerhana..
ketika purnama..

lalu siliran angin bilang, ini sudah larut malam..
tapi dunia terlalu luas untuk dijelajahi dalam semalam, bukan?

kau juga begitu..
rasanya tak cukup bumi satu putaran..

hadir siang dan malam..
gelap dan terang..
dan aku masih ingin menatapimu, sayang..
lama lama..

duh, bolehkah?

untuk suamiku : Love

MENGUMPULKAN EMBUN

for my beloved one, specially...

ini cuma aku, sayang...
bukan bidadari yang bermata bintang...
angin yang berhembus juga sekedar menerbangkan daunan..
belum sanggup menggerakkan awan awan...

jadi mari nikmati saja langit yang tak seberapa biru ini, sayang..
nanti kita lukisi dengan pelangi..
atau kalau pun hujan, akan kita tampung dengan tengadahan tangan..
sambil berdoa doa..
ya Allah..limpahkanlah kebaikan..
limpahkanlah kebaikan..

karena ini cuma aku, sayang..
tapi akan kita kumpulkan embun nanti malam..
akan kita kumpulkan embun nanti malam..

Rabu, 01 Juni 2011

Mencari Mushola

ketika adzan mulai berkumandang dari corong corong pengeras suara ingin menjadi juara..
inikah maghrib?
sementara seorang imam berdiri sendirian..
dilafazkannya Fatihah perlahan seolah huruf huruf itu terlalu berharga untuk lepas dari lidah yang mulai tua..

tapi ia berdiri sendirian..
tak ada yang meng'amin'i khusyuk Fatihahnya..

lalu lutut yang gemetar itu menjadi penyangga ruku'nya..
ini tentang pengakuan atas sebuah Kemuliaan..
milikNya..
bahwa ia sendiri hina, itu sudah lama difahaminya..

dan ini lah maghrib kesekian yang dinikmatinya sendirian..
di sebuah mushola kecil di sudut jalan..

(310511-maghrib:bersama seseorang)

Kamis, 19 Mei 2011

Sebenernya, ada banyak hal baru yang bisa kita pelajari bahkan di sepanjang jalan yang kita lewati setiap hari.



Pernah ga kamu merasa bosan dengan rutinitas harian yang itu itu aja? Setiap hari sama. Mulai dari pagi. Kita bangun dari tempat tidur yang sama. Pas makan, kita mengunyah dengan gigi gigi yang sama. Nelennya pun pake tenggorokan  yang sama.. (analoginya lebay ih..)

Trus kita berangkat kerja, nglewati jalan yang sama. Nyampe di tempat kerja ketemu dengan bos yang sama (emang ada bos yang ganti tiap hari???) Kerjaan yang dihadapi juga sama. Pas jam pulang, kita nglewati jalan yang sama lagi. Nyampe rumah, kita masuk lewat pintu yang sama juga. Ketemu dengan lemari baju yang sama, nginjek lantai yang sama, 

Dudududu… hal hal yang kita lakukan tiap hari adalah rutinitas yang sama..

Bosan?? Mungkin juga. Tapi kalau sudah kritis, sampe ke ubun ubun, coba deh let’s  restart our minds…
Kayak judul di atas, Sebenernya, ada banyak hal baru yang bisa kita pelajari bahkan di sepanjang jalan yang kita lewati setiap hari. 

Maksudku gini, bisa jadi kita memang ngelewati jalan yang sama setiap hari. Tapi pernah ga kita mencoba untuk lebih memperhatikan detail. Mencari hal hal kecil yang bisa kita pelajari, sehingga jalan yang sama yang kita lewati setiap hari akan tersa ‘tidak sama’ lagi.

Misalnya, kita ngeliat ada kecelakaan yang berdarah darah di jalan itu… (kira golongan darahnya apa ya??? Tersedia ga ya di PMI??)

Besoknya lagi, di jalan yang sama kita ngeliat ada lubang galian telpon yang dibiarkan melongo begitu aja tanpa papan peringatan… (wah, kalo ada yang terperosok piye jal??? Diganti untung ga tu sama TELKOM?? )
Besoknya lagi, mungkin di jalan yang sama terjadi banjir local, hanya gara gara ada warga pinggir jalan yang lupa matiin kran air.. (kita jadi inget nasib sungai sungai kita yang tercemar…).

Atau mungkin kita liat ada receh lima ratusan yang jatuh dan dicuekin.. (hoho, sekarang uang lima ratusan ga ‘menarik’ lagi.. inflasi oh inflasi…).

Atau lampu lantas yang mati warna hijaunya, jadi meraaaahhhh terus (kapan jalannya coba??? Btw, berapa sih harga satu paket lampu lantas???).

Atau bendera parpol yang ganti tiap seminggu sekali.. (saking banyaknya jumlah parpol, jadi waktu shift pemasangan juga makin sering… Coba tebak, berapa jumlah parpol peserta pemilu 2014 nanti…).

Atau kendaraan kita yang tiba tiba macet trus mesti kita dorong sampe bengkel terdekat.. (pengalaman pertama jadi perhatian public, minimal lirikan iba  dari pengguna jalan lain.. amit amit deh..).

Tu kan.. ternyata banyak detail baru yang exiting untuk kita amati dan pelajari di sepanjang jalan yang kita lewati tiap hari. Kalau selama ini kita bosan sama jalanan itu, mungkin karena kita Cuma melihat jalan sebagai kumpulan aspal berwarna abu abu.. (coz sampe sekarang belum ada ahli yang punya rencana bikin aspal warna pink kannn???)..

Itu baru di jalanan… Di rumah kita? Di tempat kerja? Atau waktu kita makan siang? Pasti ada lebih banyak hal baru yang bisa mencerdaskan kita.

Jadi, diantara dua pilihan : 1. menjadi pribadi yang ‘bosan’ atau 2. menjadi pribadi yang ‘cerdas’, kira kira kita mau milih yang mana?

Kamis, 12 Mei 2011

NO BODY’S PERFECT (Motivasi Bagi diri sendiri yang memiliki “gudang” kekurangan)

Setujukah anda dengan pendapat di atas, bahwa No Body’s Perfect. Kalau saya setuju. Di jaman sekarang ini, mana ada manusia yang sempurna dalam segala aspek? 

Kekurangan dalam diri seseorang adalah wajar. Bahkan pribadi (jaman sekarang) yang sama sekali tanpa kekurangan bisa dibilang abnormal.  Dan sebagai pribadi yang normal, maka ada pertanyaan standar yang selalu muncul setiap kali saya berinteraksi dengan orang baru. “BAGAIMANA KALAU DIA KECEWA PADAKU DISEBABKAN KEKURANGANKU?”

Pertanyaan ini pun wajar, karena pada dasarnya kita semua tentu ingin terlihat baik di mata prang lain. Ingin orang lain merasa nyaman dan senang saat berinteraksi dengan kita. Lalu bagaimana dengan semua kekurangan kita? Apa ia harus kita  paksa masuk ke dalam brankas? Kalau satu dua kekurnagan, tentu masih mungkin kita eliminir. Tapi kalau sepuluh?lima puluh? Seratus? Atau bahkan lebih dari itu? Huuuwwwaaa,,,hamper pasti tidak bisa kita ‘amankan’ seratus persen. Berarti hamper pasti ‘DIA KECEWA’ dong??

Belum tentu juga.. Mari kita hilangkan ketakutan itu, karena ia hanya akan mengganggu kecerdasan kita dalam berinteraksi. Dan biar saja pertanyaan ‘BAGAIMANA KALAU DIA KECEWA PADAKU?’ tidak terjawab, karena memang tidak perlu dijawab. Justru sekarang kita harusnya sibuk menjawab pertanyaan berikutnya yang jauh lebih penting  “BAGAIMANA KITA MENGHADAPI DAN MENGATASI KEKECEWAANNYA?”

Kita mesti siapkan amunisi : kekuatan mental untuk menjadi problem solver atas kekecewaannya; kerendahan hati untuk tidak balik mencari kekurangannya; dan berdoa agar Allah mengikatkan hati kita dengannya (robithoh) sehingga dia tetap merasa nyaman saat berinteraksi, meskipun kita punya banyak kekurangan.

Next?

Substitusi kekurangan dengan kelebihan. Kalau batu baterai punya sisi plus dan sisi minus, bumi juga punya kutub utara dan kutub selatan, maka kita juga pasti begitu. Ada kekurangan pasti ada kelebihan. Maka netralkan kekurangan dengan kelebihan kelebihan yang kita punya. Dijamin,  interaksi kita akan berumur panjang, bahkan  bisa jadi longlife interaction….

Wallahu a’lam..

Rabu, 11 Mei 2011

Coz Life Is Not A Winamp Player

Pernah dengerin mp3 pake winamp kan? Atau windows MP? Atau pake DVD Player?? Apapun medianya, mereka semua menawarkan menu yang tidak jauh beda. Ada playlist (add file, del file, remove file from list, dsb). Ada juga menu play (play, pause, stop, next track/ff, prev track/rew). Ada menu vol/mute, trus repeat mode, shuffle mode, dll. Dengan semua menu itu, tentunya kita bisa atur apa yang pengen kita denger. Mau jeda sebentar trus nanti dilanjut lagi juga boleh. Atau lompat ke lagu berikutnya? Mengulang lagu? Stop alias berhenti? It’s easy pasti.

But life is not a winamp player, right? Menu yang tersedia dalam kehidupan kita tidaklah sama dengan menu menu yang ada di winamp. Garis hidup berjalan lurus, bukan semau kita. Kita tidak bisa minta ‘pause’ karena sedang kehabisan tenaga. Kita juga tidak bisa minta next track karena eneg dengan kejadian yang sedang dihadapi. Sebaliknya, pas ketemu moment membahagiakan, kita juga tidak bisa repeat moment yang sama.

It can't be, bro/sist… Hidup berjalan sesuai playlist yang sudah disusun oleh Sang Pencipta, Allah Al Kholiq. Sedih atau senang, nikmat atau musibah, semua mesti kita jalani. Satu satunya yang bisa kita lakukan adalah meminta kepada Allah agar memasukkan kita ke dalam golongan orang orang yang cerdas yang bisa mengambil hikmah dari setiap play ‘moment’ list kita.

Wallahu a’lam…

Selasa, 10 Mei 2011

Ketika Kau Tengah Merasa Dilupakan

Seting : di sebuah ruang tamu, di siang hari yang panas

Kakak : wah, tadi malem rumah ruammme poll…
Adik     : lho, mang ada acara apaan to?
Kakak  : lho, nazhif kan akikahan…
Adik     : lho, kok aku ga tau sih?
Kakak  : ah masa, kamu ga diundang??
Adik     : ngga’.. beneran aku ga tau nazhif akikahan
Kakak  : oh,,, maaf maaf,,, mungkin kelupaan. Soalnya kemaren tu memang ribet banget, sampe lupa ngasi tau kamu. Maaf ya…
Adik     : Masya Allah,, ngundang temen2 aja sempet, kok adik sendiri malah kelupaan sih??
Kakak  : iya,,iya,, maaf ya…

Percakapan itu mungkin sudah selesai. Tapi tidak bagi sang adik, bahkan sampai berhari hari setelah siang itu… Ada perang batin yang berkobar di hatinya. Perang yang menghasilkan sebuah kesimpulan “AKU DILUPAKAN”. Duh kelam nian rasanya dunia.. akibatnya puluhan pernyataan yang memvonis pun dijatuhkan bertubi tubi… susul menyusul.
  1. Kok tega banget sih?
  2. Ga inget apa, waktu dia butuh bantuan aku sigap mau mbantuin?
  3. Jadi sebenernya, selama ini, aku dianggep apa sama dia?
  4. Besok besok, kapok lah aku ngasi perhatian ke dia… Ngapain? Orang dia aja ngelupain aku?
  5. ….
  6. … dst.

Maka, semakin kelamlah dunia. Bahkan hujan badai..petir menyambar nyambar.. Atau malah tsunami??? Porak poranda lah jalinan silaturahim selama ini, hanya karena sebuah kesimpulan “AKU DILUPAKAN”

Padahal kalau mau ditelaah ulang,,,,,
Kesimpulan itu semestinya mungkin tidak terlalu benar. Apalagi deretan vonis yang dijatuhkan.. Toh, dia sudah minta maaf. Toh, dia sudah menyampaikan alasannya kenapa lupa. Toh, ‘lupa’nya ini hanya terjadi sekali. Coba bandingkan dengan moment moment tak terlupakan yang pernah ada, bisa jadi satu banding sekian juta… 

Kalau kita masih marah juga, mari ambil obat penenang dari Prof Ralph Merkle dari Georgia Tech, yang mengatakan bahwa kapasitas memori otak manusia itu sekitar 200MB. Jadi wajar kalau sesekali dia lupa… Dzolim namanya kalau menuntut dia sempurna dalam  mengingat keberadaan kita.
Jadi mari kita sama sama memaklumi kelemahan kita, karena manusia tanpa kelemahan bagaikan sayur tanpa garam (hiyyyaaaa,,,peribahasanya ga nyambung ya??? J)

Jumat, 29 April 2011

SEBENARNYA KITA TIDAK PERNAH SEPENUHNYA MEMILIKI SESUATU (Sebuah renungan tentang ‘memiliki dan kehilangan’)

Jadi begini ceritanya. Sore itu, aku pulang dari tempat kerja dengan membawa nasi + sayur + lauk untuk menu makan malam (maklum anak kos…). Menu ini adalah menu favorit yang aku beli dari warung favorit. Seperti biasanya, makanan itu dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Pulang kerja, makanan itu kugantungkan di motor. Aku pulang melewati jalan yang sama dengan kecepatan yang relatif sama. Tapi alangkah kagetnya aku begitu sampai rumah, ternyata kantong plastik tadi sudah jebol bagian bawahnya, dan seluruh isinya raib. Pasti jatuh di jalan. Tapi tepatnya dimana, entah..

Dari kejadian itu, aku merenung. Bahwa sebenarnya kita tidak pernah sepenuhnya memiliki sesuatu, bahkan ketika kita merasa sudah membelinya, sudah melakukan kewajiban sebelumnya, sudah bersusah payah mendapatkannya, atau sudah berkorban jiwa raga untuknya…

Makanan itu, yang aku beli dengan yakin, kubungkus dengan hati hati, lalu kubawa pulang dengan percaya diri, dan rencananya nanti akan kunikmati dengan sepenuh hati, ternyata toh bukan ‘milikku’. Hukum sebab – akibat yang mengatakan bahwa “sebab kewajiban sudah kupenuhi, maka aku berhak” ternyata tidak selamanya berlaku. Ada unsur lain yang lebih ber’power’ dari hokum itu “takdir”

Dan ‘kekuatan takdir’ itu mengaromai semua sisi kehidupan kita.

Ketika kita adalah seorang pekerja keras, maka seberapa jauh kita memiliki harta kita? Bisa jadi, harta itu menjadi korban pembobolan rekening di bank yang sebelumnya kita percaya betul (naudzubillah..). Ketika kita sudah belajar tekun, maka seberapa lama kita memiliki ilmu kita? Bisa jadi nanti kita akan menjadi manusia manusia pikun di masa tua, atau malah terkena amnesia (sekali lagi, naudzubillah…). Atau kalau kita sudah menikah, seberapa jauh hak kita atas suami/istri kita? Bisa jadi suami / istri kita adalah orang super sibuk yang tidak hanya mengurusi kita, tapi juga punya kewajiban mengurus masyarakat dan umat.

Tapi, kenyataan bahwa “sebenarnya kita tidak pernah sepenuhnya memiliki sesuatu”, apa kemudian membuat kita ketakutan dan akhirnya melepaskan semuanya???

Tentu itu bukan pemikiran yang bijak. Sejak awal, kita memang tidak pernah menjadi ‘pemilik’. Kita adalah sekedar ‘para penjaga’ yang diberi amanah dalam waktu tertentu. Dalam istilah ekonomi syariah adalah wadhiah yad adh dhamamah : titipan yang boleh diberdayakan untuk mendapatkan kemanfaatan, tentu saja dengan seizin Sang Penitip.

So, mari kita menjadi para penjaga yang professional…

Selasa, 08 Februari 2011

kau takut gelap bukan, sayang?

kau tidak akan mudah menemukannya
ia dan bayangannya telah kusembunyikan di sela sela retakan awan
lalu malam datang agak lebih cepat kemarin hingga kau tak punya cukup waktu untuk kembali memaksanya pulang
kau takut gelap bukan, sayang?

pagi ini pun tampaknya tak mau berteman
awan yang kemarin penuh retakan sekarang serupa benteng kokoh yang abu abu
lalu menjadi hujan
lebat nian

dan hujan, bukankah mereka tak pernah mau sekedar membasahi muka tanah dan bebatuan?
ia meresap masuk jauh lebih dalam daripada akar akar pepohonan
itu kemauan mereka, hujan hujan itu..

jadi sekali lagi, aku bilang kau tak akan mudah menemukannya
ia sudah aman dalam pelukan tanah yang sesekali basah
boleh saja kau berdiri ribuan tahun di atasnya
tapi kau tak pernah bisa berkuasa di dalam sana
kau takut gelap bukan, sayang?

jadi maaf, kali ini aku yang menang..