Rabu, 31 Maret 2010
Selasa, 30 Maret 2010
Perang Batin
Satu pagi, anak ibu kos (umurnya sekitar 4 tahunan) yg sedang main di teras, tiba2 lari ke dalam rumah sambil teriak "mamaaa....beli...". Ternyata si kecil minta balon yang kebetulan lewat depan rumah, dengan bunyi khasnya 'toeeet....toeeett,,,,' Tapi ibu langsung menolak, "engga,,kamu udah punya banyak sayang...". Seketika, meledaklah tangis si kecil, ngotot minta balon, dengan gaya 'ngguling-gulingnya'. Si Ibu juga tetep kekeuh 'tidak'. Sementara itu, si penjual balon juga makin semangat men'toet-toet'kan balonnya.
Waktu itu, aku sempet membayangkan perang batin di antara ketiga orang itu: si kecil, ibunya dan penjual balon. Begini perang batinnya :
Si kecil : "Aku bakal terus ngamuk habis-habisan. Masa iya ibu tega. Pasti akhirnya nanti dibelikan. Yang penting aku sabar. Ngamuk sampe dapet....."
Ibu : "Ealah,,,ni anak kekeuh amat ya??? waktu kecil dulu kayaknya aku nangisku ga segitunya deh... Lagian ni abang balon kok malah makin kenceng noet-noetin balon. Pergi aja ngapa...biar ni anak adem...."
Si Abang balon : "Wah...keren juga ni anak.. Ngamuknya mantep. Si ibu pasti bakalan luluh. Aku tungguin aja lah...lumayan kan,,jadi rejeki.."
Penasaran banget aku siapa yang menang di perang batin tu... :)
Waktu itu, aku sempet membayangkan perang batin di antara ketiga orang itu: si kecil, ibunya dan penjual balon. Begini perang batinnya :
Si kecil : "Aku bakal terus ngamuk habis-habisan. Masa iya ibu tega. Pasti akhirnya nanti dibelikan. Yang penting aku sabar. Ngamuk sampe dapet....."
Ibu : "Ealah,,,ni anak kekeuh amat ya??? waktu kecil dulu kayaknya aku nangisku ga segitunya deh... Lagian ni abang balon kok malah makin kenceng noet-noetin balon. Pergi aja ngapa...biar ni anak adem...."
Si Abang balon : "Wah...keren juga ni anak.. Ngamuknya mantep. Si ibu pasti bakalan luluh. Aku tungguin aja lah...lumayan kan,,jadi rejeki.."
Penasaran banget aku siapa yang menang di perang batin tu... :)
Senin, 29 Maret 2010
BULAN DAN KACA KACA
ada pesan datang melewati cermin dan kaca kaca..menawariku bulan yang semalam tengah sempurna..dan seketika bening pecah..buncah..rekah..indah..
Sabtu, 27 Maret 2010
Ingatkan aku..
karena lelah tengah begitu mengikat tangan dan kakiku
hingga jalanan yang sekedar berbatu itu tak kuasa terlangkahi
apalah lagi berhujan badai
aku berhenti..
sekian musim belum cukup merayu dunia agar jatuh cinta padaku
memilih laut laut yang sama sekali tidak pernah biru di kedalamannya
tapi ternyata gelap lebih memikat
aku berhenti..
maka ingatkan aku untuk sekedar tersungkur mengakui Nya..
Yang Maha Segala..
karena lelah tengah begitu mengikat tangan dan kakiku
hingga jalanan yang sekedar berbatu itu tak kuasa terlangkahi
apalah lagi berhujan badai
aku berhenti..
sekian musim belum cukup merayu dunia agar jatuh cinta padaku
memilih laut laut yang sama sekali tidak pernah biru di kedalamannya
tapi ternyata gelap lebih memikat
aku berhenti..
maka ingatkan aku untuk sekedar tersungkur mengakui Nya..
Yang Maha Segala..
Jumat, 26 Maret 2010
ada apa?
kenapa kau tutup semua jendela rumah kita?
bahkan kumbang enggan datang lagi di bebungaan
lalu siapa yang akan menemani makan malam nanti?
kini sepi menggigiti beranda yang tanpa tawa
angin angin juga kehabisan silir
kemana suara?
telah bernyanyi seluruh dunia..
tapi merdunya tak sampai bahkan di genting rumah kita
hai, ada apa?
kenapa tak kau nyalakan lampu lampu?
hari mulai gelap dan kita perlu cahaya sebelum senyap
bukankah tak ada warna jika kita tak membuka mata?
ayo bicaralah..
aku sungguh tidak tahu kau berdiri di sudut mana
semua hitam bagiku
dan rumah ini tengah tak mengijinkanku menyusuri lorong lorongnya
jangan ada yang terluka disini
jadi katakan saja, dinda..
agar rumah ini bahagia..
(23.03 di sebuah tempat)
kenapa kau tutup semua jendela rumah kita?
bahkan kumbang enggan datang lagi di bebungaan
lalu siapa yang akan menemani makan malam nanti?
kini sepi menggigiti beranda yang tanpa tawa
angin angin juga kehabisan silir
kemana suara?
telah bernyanyi seluruh dunia..
tapi merdunya tak sampai bahkan di genting rumah kita
hai, ada apa?
kenapa tak kau nyalakan lampu lampu?
hari mulai gelap dan kita perlu cahaya sebelum senyap
bukankah tak ada warna jika kita tak membuka mata?
ayo bicaralah..
aku sungguh tidak tahu kau berdiri di sudut mana
semua hitam bagiku
dan rumah ini tengah tak mengijinkanku menyusuri lorong lorongnya
jangan ada yang terluka disini
jadi katakan saja, dinda..
agar rumah ini bahagia..
(23.03 di sebuah tempat)
Rabu, 24 Maret 2010
merasa tak ada
di langit langit yang tak pernah memiliki dahan
biru, tapi tak cukup meneduhi daun kembang kertas yang mulai meranggas..
lalu menunggu laut naik ke awan awan
bukankah birunya tak sama?
jadi biar ia menggantikan..
tapi ternyata harus menunggu semusim lagi
sampai hujan rela meninggalkan istananya
menetap di gelap bumi yang dalamnya entah..
dan sampai saat itu benar benar ada
aku merasa tak ada..
di langit langit yang tak pernah memiliki dahan
biru, tapi tak cukup meneduhi daun kembang kertas yang mulai meranggas..
lalu menunggu laut naik ke awan awan
bukankah birunya tak sama?
jadi biar ia menggantikan..
tapi ternyata harus menunggu semusim lagi
sampai hujan rela meninggalkan istananya
menetap di gelap bumi yang dalamnya entah..
dan sampai saat itu benar benar ada
aku merasa tak ada..
BIAR MUSNAH
hanya ingin menangis..
biar sembuh luka luka dan kecewa
biar darahnya mengering atau menguap saja ke awan
biar mendung tidak lagi abu abu tapi sesaga petang
apa tak bertanya tanya para burung?
mengira malam datang terlalu cepat
dan mengusir matahari sebelum selesai siang
biar hujan dan airnya menderas mendarah
dari langit bukan lukaku..
apa tak bertanya tanya rerumputan?
resah karena malam ini tak bisa menyimpan embun
dan darah tak pernah mengembunkan
entah..
biar meresap tanah
yang kepadanya semua warna menjadi musnah..
biar sembuh luka luka dan kecewa
biar darahnya mengering atau menguap saja ke awan
biar mendung tidak lagi abu abu tapi sesaga petang
apa tak bertanya tanya para burung?
mengira malam datang terlalu cepat
dan mengusir matahari sebelum selesai siang
biar hujan dan airnya menderas mendarah
dari langit bukan lukaku..
apa tak bertanya tanya rerumputan?
resah karena malam ini tak bisa menyimpan embun
dan darah tak pernah mengembunkan
entah..
biar meresap tanah
yang kepadanya semua warna menjadi musnah..
Kamis, 18 Maret 2010
MENUJU MUARA
ini tentang janji..
mengalir bersama sungai yang menuju muara..
yang menghempaskan bebatuan..
yang menerobos akar akar rerumputan..
dan kepada pipit yang terbang rendah,,,kusampaikan salam yang indah
tapi perjalanan belum selesai..
masih ada palung dalam yang mestinya hanya ada di lautan
aku bahkan belum sempat mengenali matahari
dan sebelum kutanya ia sudah tergantikan
jadi ini tentang janji
air pada muaranya..
mengantarku dan segala lelahku..
debu debu bumi..
memenuhi janji...
(menatap sungai banjir kanal di satu sore)
mengalir bersama sungai yang menuju muara..
yang menghempaskan bebatuan..
yang menerobos akar akar rerumputan..
dan kepada pipit yang terbang rendah,,,kusampaikan salam yang indah
tapi perjalanan belum selesai..
masih ada palung dalam yang mestinya hanya ada di lautan
aku bahkan belum sempat mengenali matahari
dan sebelum kutanya ia sudah tergantikan
jadi ini tentang janji
air pada muaranya..
mengantarku dan segala lelahku..
debu debu bumi..
memenuhi janji...
(menatap sungai banjir kanal di satu sore)
AKHIR PERJALANAN
Abai pada musim
ketika mulai kering dan meranggaskan daun jati
lalu danau menguap ke awan awan
tanpa janji kapan akan kembali
Hujan tak peduli pada bumi yang rindu
hanya ada air mata yang tak seberapa
meresap jauh dan tak sempat membasahi
tak juga sempat berjanji untuk kembali
Lalu sore datang tanpa langit
tanpa hujan
Tidak sekarang tidak juga nanti sepertiga malam
tak kan lagi hujan
hingga samapi di ujung jalan dan tak pernah mengerti
inilah akhir
Sengau memanggil semua dunia agar mau menemani
sekedar embun juga tak apa
Tapi yang ada hanya api...
ketika mulai kering dan meranggaskan daun jati
lalu danau menguap ke awan awan
tanpa janji kapan akan kembali
Hujan tak peduli pada bumi yang rindu
hanya ada air mata yang tak seberapa
meresap jauh dan tak sempat membasahi
tak juga sempat berjanji untuk kembali
Lalu sore datang tanpa langit
tanpa hujan
Tidak sekarang tidak juga nanti sepertiga malam
tak kan lagi hujan
hingga samapi di ujung jalan dan tak pernah mengerti
inilah akhir
Sengau memanggil semua dunia agar mau menemani
sekedar embun juga tak apa
Tapi yang ada hanya api...
Jumat, 12 Maret 2010
DI TANGGA BAITURRAHMAN
dan menghitung anak anak tangga Baiturrahman..
menuju Kasih Yang Tak Terbatas yang belum lagi kubalas..
Sempurna..
katika air mata sudah habis tapi belum juga bahagia..
atau karena dunia?
hingga tangis ini tak sanggup menggetarkan..
bahkan gerimis juga enggan menyirami, apalagi hujan..
kerontang..
lalu lampu lampu berpendar di simpang lima
mengantar matahari pada malam
tenggelam
sudah tua ternyata, seharian..
tapi masih saja berselimut debu
tak ingat lagi kapan terakhir kali membasuhnya dengan wudhu
mengalirkannya di sela sela jari yang terus menggenggam dosa setiap hari
sampai ke tulang tulang
lalu adzan menggema
mengisi sudut sudut kosong di sisian jalan
tapi tak menjamah kaca kaca...
ah, entah...
dan di Baiturrahman ini cinta masih menggegar
tertatih kutapaki tangganya satu satu
melepaskan dzikri yang selama ini kelu di lidahku
beku,,,
menuju Kasih Yang Tak Terbatas yang belum lagi kubalas..
Sempurna..
katika air mata sudah habis tapi belum juga bahagia..
atau karena dunia?
hingga tangis ini tak sanggup menggetarkan..
bahkan gerimis juga enggan menyirami, apalagi hujan..
kerontang..
lalu lampu lampu berpendar di simpang lima
mengantar matahari pada malam
tenggelam
sudah tua ternyata, seharian..
tapi masih saja berselimut debu
tak ingat lagi kapan terakhir kali membasuhnya dengan wudhu
mengalirkannya di sela sela jari yang terus menggenggam dosa setiap hari
sampai ke tulang tulang
lalu adzan menggema
mengisi sudut sudut kosong di sisian jalan
tapi tak menjamah kaca kaca...
ah, entah...
dan di Baiturrahman ini cinta masih menggegar
tertatih kutapaki tangganya satu satu
melepaskan dzikri yang selama ini kelu di lidahku
beku,,,
Kamis, 11 Maret 2010
AKU MENEPI
aku menepi...
pada dinding dinding cerita yang dari dulu selalu menunggu
bumi mencandai...
tapi aku merasa sedu sedan ini semakin nyata
terisak...
tersedak...
lalu dimana?
jalan ini sudah sedemikian panjang kususuri
dan yang kutahu semuanya bahagia
ranting..
dedaunan..
sayap sayap..
debu..
bebatuan..
sungai dan muaranya..
semua tertawa...
atau adakah yang luput kulihat?
lalu aku menepi..
pada dinding cerita yang selalu menunggu
merabai bata bata yang merah berdarah
sejak kapan lukanya?
tak pernah terobati, dan sedu sedan itu sekedar
pernyataan
nasib tidaklah sama
dan aku menepi..
pada dinding dinding cerita yang selalu menunggu
entah pada tawa yang membuncah atau senyum yang merekah
aku tetap menepi
sekedar menyeka air mata yang terlanjur terasa asinnya
sudah
dan pada dinding dinding cerita yang selalu menunggu
aku menepi..
(17.00 : menunggu bis yang akan mengantarku pulang)
pada dinding dinding cerita yang dari dulu selalu menunggu
bumi mencandai...
tapi aku merasa sedu sedan ini semakin nyata
terisak...
tersedak...
lalu dimana?
jalan ini sudah sedemikian panjang kususuri
dan yang kutahu semuanya bahagia
ranting..
dedaunan..
sayap sayap..
debu..
bebatuan..
sungai dan muaranya..
semua tertawa...
atau adakah yang luput kulihat?
lalu aku menepi..
pada dinding cerita yang selalu menunggu
merabai bata bata yang merah berdarah
sejak kapan lukanya?
tak pernah terobati, dan sedu sedan itu sekedar
pernyataan
nasib tidaklah sama
dan aku menepi..
pada dinding dinding cerita yang selalu menunggu
entah pada tawa yang membuncah atau senyum yang merekah
aku tetap menepi
sekedar menyeka air mata yang terlanjur terasa asinnya
sudah
dan pada dinding dinding cerita yang selalu menunggu
aku menepi..
(17.00 : menunggu bis yang akan mengantarku pulang)
Langganan:
Postingan (Atom)