Rabu, 26 Mei 2010

MARI BERDAMAI, DINDA..

trang..

mari berdamai, dinda..
karena ternyata perang ini tak memenangkan siapa-siapa..
seperti hempasan ombak lautan, aku sudah lelah menghajar karang-karang..
aku berhenti saja..

maka mari berjabat tangan, dinda..
biarkan jari-jari kita saling mengerti..
biarkan darah mengalir saja dalam nadi..
tak perlu menetesi tanah tanah yang sudah merah..

maka mari bicara, dinda..
agar aku bisa melihat senyummu dan lalu membalasnya..
kita akan menyelesaikan hari ini dengan sempurna..
dinda..

trang..

tak perlu merayuku, kanda..
perang sudah dimulai dan aku tak bisa menghentikan pedang yang melayang..
haruskah aku menyesal ketika kau terluka karena tajamnya?
jangan berharap, kanda.. 

mestinya kau ingat perang ini ada karena  maumu. 
ingat kah? 
aku bahkan tak ingin memasang perisai waktu itu,,
tak ingin pedangmu balik melukaimu..
ingatkah? 
ketika aku memohon mohon.. hentikan perang ini..hentikan perang ini...

tapi kau tertawa..menungguku  membalas kekejamanmu.. 
oh,,akan tegakah aku?

pedangmu terus saja menusukku...
tak berjeda..
hingga habis darah.. 

apakah aku harus mati dalam kebencianmu? 
ah,,tak manis sekali rasanya..

maka  aku berlari, kanda,, 
tak ingin melukaimu tapi juga tak ingin terluka.. 
ingatkah? 

kau tetap mencariku... 
memaksaku melayangkan pedang..
kau menantang. 

maka ini lah aku kanda... 
perisai ku pasang..
pedangku melayang..
seperti yang kau tunggu, ini perang... 

maka ini lah aku kanda... 
yang tak peduli ocehan kupu-kupu.. 
tak punya perasaan tak berbelas kasihan..

ingatkah? 
aku hanya ingin mengabulkan keinginanmu...
jadi tak perlu merayuku, kanda...

trang..


oh dinda, mari berdamai saja..

ini sungguh detikku yang terakhir..
tidakkah kau ingin aku tersenyum seperti dulu?
senyumku yang terakhir..

ayolah dinda, mari berdamai saja..


trang..

tidak...


trang..


oh..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar